Setiap hari, anak belajar banyak hal dari hubungannya dengan orang tua. Dari cara kita berbicara, memberi perhatian, hingga bagaimana kita membuat aturan di rumah. Semua itu menjadi bekal penting bagi anak saat berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.

Salah satu bekal yang sering luput disadari adalah batasan. Batasan membantu anak mengenali dirinya, menghargai orang lain, sekaligus melindungi hubungan agar tetap sehat. Anak yang terbiasa dengan batasan di rumah akan lebih percaya diri, tahu cara menjaga diri, dan mampu membangun relasi yang baik di sekolah maupun lingkungan sekitar.

Di rumah, ada tiga jenis batasan yang bisa dikenalkan sejak dini: batasan fisik, batasan emosi, dan batasan digital.

1. Batasan Fisik

Batasan fisik mengacu pada area personal, baik dalam hal kontak tubuh, kepemilikan barang, maupun ruang pribadi.

Contoh penerapan:

  • Anak ingin memeluk temannya. Orang tua bisa berkata:
    “Kalau mau peluk, coba tanya dulu ya. Apakah temanmu mau dipeluk?”

  • Anak mengambil HP orang tua tanpa izin. Orang tua bisa menegaskan:
    “Itu HP Ayah. Kalau mau pinjam, bilang dulu, ya.”

Dengan cara ini, anak belajar bahwa tubuh dan barang orang lain perlu dihormati, begitu juga dengan miliknya.

2. Batasan Emosi

Batasan emosi mengajarkan anak untuk menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain.

Contoh penerapan:

  • Anak marah karena mainannya rusak. Orang tua bisa berkata:
    “Kamu marah, ya? Itu wajar. Tapi jangan melempar barang. Coba kita cari cara lain untuk menenangkan diri.”

  • Anak mengejek adiknya yang menangis. Orang tua bisa mengingatkan:
    “Adik menangis karena sedih. Kalau kamu sedih, kamu juga ingin dimengerti, kan?”

Dengan begitu, anak belajar bahwa perasaan itu nyata, perlu dihargai, dan bisa dikomunikasikan dengan cara yang sehat.

3. Batasan Digital

Batasan digital melindungi anak dari risiko penggunaan gawai dan internet.

Contoh penerapan:

  • Anak minta main game lebih lama. Orang tua bisa menjelaskan:
    “Kita sudah sepakat 1 jam sehari. Setelah itu, waktunya istirahat atau baca buku.”

  • Anak membuka media sosial dan menemukan pesan dari orang asing. Orang tua bisa memberi arahan:
    “Kalau ada orang yang tidak dikenal mengirim pesan, jangan dibalas. Segera kasih tahu Mama atau Papa.”

Dengan begitu, anak tahu cara mengelola waktu, menjaga privasi, dan melindungi dirinya dari bahaya online.

Mengajarkan batasan bukan berarti membatasi kebebasan anak, melainkan membekali mereka dengan alat perlindungan diri dan keterampilan sosial. Anak yang tumbuh dengan pemahaman tentang batasan akan lebih siap menghadapi dunia luar—karena mereka tahu cara menjaga diri, menghargai orang lain, dan menggunakan kebebasan dengan bijak.