30DWC
#35 – Squad 6
Bismillah. Saya mengikuti 30DWC dengan tujuan untuk menulis draf teenbio Gajah Mada.
Saya sudah menulis #1-#10 sebagai cerita berurutan.
Pada bagian ini saya akan menulis refleksi saya tentang proses penulisan. Refleksi adalah bagian yang berharga dari sebuah proses karena kita bisa belajar banyak dari yang sudah kita jalani.
#12
Minggu. 27 Februari 2022
Hidup Kadang perlu Berbelok
Jurnal #2
Hidup itu sebuah proses, begitu juga menulis. Sesuatu yang sudah kita rencanakan bisa berkembang. Bukan berubah ya, tapi berkembang. Artinya, kita tidak keluar dari jalur yang sudah kita bangun. Namun jalur itu merupakan upaya untuk membuat kita mendalami sesuatu hal dengan lebih baik.
Kemarin saya mengatakan bahwa saya belum akan melanjutkan penulisan tentang Gajah Mada sampai saya menemukan literatur dari perpustakaan UI. Nah hari ini saya kembali berbincang dengan sahabat saya yang suaminya peneliti budaya. Perbincangan itu betul-betul “daging” istilah anak sekarang. Artinya, sangat bermanfaat dan saya jadikan pijakan untuk langkah penulisan berikutnya.
Sahabat saya, sebut saja namanya Anna, menjadi perantara antara saya dan suaminya, di tengah kesibukan suaminya menyiapkan pertemuan daring tentang Borobudur dengan peneliti Jepang.
Anna mengatakan bahwa malam sebelumnya dia mengobrol dengan Kunto, suaminya, tentang Gajah Mada. Dari percakapan itu saya menangkap bahwa sebaiknya saya tidak menulis tokoh Gajah Mada, karena kontroversial.
Sungguhkah Gajah Mada ada? Apakah bukan tidak tidak mungkin penokohannya dibangun karena Indonesia perlu sosok kuat untuk jadi panutan.
Karena masih menjadi kontroversi, Mas Kunto menyarankan agar saya menulis tentang masyarakat Trowulan saja. Got it! Cocok sekali dengan instruksi Kurikulum 2013 Kelas 4 SD untuk pembelajaran IPS materi kerajaan Hindu Buddha:
3.3 Mengidentifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat, serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini
Kurikulum cukup berhati-hati dengan hanya menyebutkan kerajaannya, bukan sosok. Nah, saya pikir angle sosok bisa lebih mudah dipahami anak, Namun mengingat, hambatan di lapangan, saya mesti berbelok.
Ya, saya akan memakai kacamata sederhana, seorang guru yang datang ke Trowulan untuk mencari bahan belajar bagi muridnya tentang kerajaan Hindu Buddha. Penyebutan Gajah Mada hanya saya kaitkan dengan Negarakretagama.
Bismillah. Go.