30DWC

#35 – Squad 6

Bismillah. Saya mengikuti 30DWC dengan tujuan untuk menulis draf teenbio Gajah Mada. 

#4

Sabtu, 19 Februari 2022

Dari Macan Menjadi Gajah

Di kaki Gunung Arjuno dan Gunung Kawi, di hulu Sungai Brantas, dataran tinggi Malang, ada sebuah desa bernama Pandaan. Kepala desanya bernama Macan Kuping. Dulu, kepala desa disebut dengan penghulu.

Suatu hari Macan Kuping kedatangan serombongan tamu, pasukan prajurit kerajaan Kediri yang dipimpin Raden Wijaya. Di dalam rombongan ada anggota pasukan yang terluka. Macan Kuping menerima rombongan itu dan menjamu mereka dengan rasa hormat.

Saat pamit, Raden Wijaya berkata, “Penghulu Desa Pandaan, tugas kami masih banyak. Kami akan melanjutkan perjalanan ke Madura. Teman saya yang terluka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Kalau berkenan, saya titip Gajah Pagon di sini.”

Macan Kuping menerima permintaan itu. Dia berjanji akan merawat Gajah Pagon.

Gajah pagon dibuatkan rumah di tengah kebun, di antara rumput ilalang, dan setiap hari penduduk kampung membawakan makanan.  

Berangsur  Gajah Pagon sembuh dari lukanya. Dia menjadi bagian dari penduduk kampung Pandaan. Dia ikut berkebun, dan menjadi warga Pandaan.

Gajah Pagon jatuh cinta kepada putri Macan Kuping. Mereka menikah,  dan punya anak yang diberi nama Gajah Mada. Nama Gajah mengacu pada hewan besar yang disegani hewan di hutan. Dalam cerita lama agama Hindu gajah adalah hewan tunggangan dewa Indra. Gajah juga merupakan dewa ilmu pengetahuan, Ganesha. Seperti namanya, Gajah Mada tumbuh menjadi anak yang sehat, berani dan pintar.

Setelah penghulu Desa Pandaan itu meninggal, Gajah Pagon menggantikan Macan Kuping menjadi pemimpin desa.

Terdengar kabar berdiri kerajaan baru bernama Majapahit.  Rajanya adalah atasan Gajah Pagon, Raden Wijaya. Teman-teman seperjuangan Wijaya mendapat jabatan penting di istana. Gajah Pagon tetap menjadi penguasa daerah Pandaan.

#30dwcjilid35

#squad6

#day4

× Hubungi saya