Tentang Ecocraft
Ecocraft adalah istilah yang saya pakai untuk menggambarkan kegiatan menjahit untuk mendukung penyelamatan lingkungan hidup. Proyek awal ews.ecocraft adalah mengolah baju almarhumah ibu saya menjadi sajadah. Selain menyelamatkan lingkungan, sajadah itu juga menjadi pengingat kami, anak-anak beliau, untuk selalu mendoakan Ibu dan Bapak. Sajadah yang sudah jadi akan diadopsi oleh kakak-kakak saya.
Untuk kegiatan ini saya memerlukan banyak kain, karena itu saya menerima tekstil baru dan bekas untuk menjadi bahan pendukung. Tidak hanya bahan, saya juga menerima sisa-sisa potongan kulit, rajuta, kancing dan segala hal untuk dipakai sebagai hiasan.
Ecocraft Sajadah Ibu
Saat ini saya tengah membuat sajadah yang diolah dari baju-baju almarhum ibu saya. Gagasan ini muncul karena 18 tahun setelah Ibu wafat, baju-bajunya masih teronggok di lemari. Dulu baju itu ada seratusan (setelan tunik dan rok panjang, kebaya, kain batik, dan daster). Sekarang yang tersisa sekitar 30 tunik dan rok panjang. Supaya baju yang tersisa ini tidak menjadi hisab negatif, saya mengajukan usulan kepada kakak-kakak saya untuk mengubah baju peninggalan Ibu menjadi sajadah. Alhamdulillah mereka setuju.
Maka saya pun mulai utak-atik baju Ibu, juga menulis blog tentang sajadah.
QR Ecocraft
Di balik sajadah ada penanda QR menuju website ini agar penerima kelak dapat membaca cerita-cerita tentang setiap sajadah.
Ibu saya, Siti Mardiah, adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara keluarga guru Alip Ki Tirtosumarti-dan Ngaisiah dari Pekunden, Banyumas. Ibu sering bercerita, karena orang tuanya guru, beliau bisa masuk Hollandsch Inlandsche School (HIS) Banyumas. Setelah itu Ibu belajar di Sekolah Guru Kepandaian Putri Yogyakarta. Kalau tidak salah Ibu pernah mengajar di sekolah Katolik di Yogya.
Beliau menikah dengan sepupu jauh sekaligus tetangga pada tahun 1950. Pada saat itu Bapak berstatus duda dengan dua anak di level Sekolah Dasar. Setelah menikah Ibu mengikuti Bapak yang tentara berpindah-pindah kota. Dari Banyumas ke Bojonegoro, Malang, Surabaya, dan Jakarta.
Dari pernikahan dengan Bapak, Ibu punya delapan anak kandung, tiga perempuan dan lima lelaki.
Sepanjang hidupnya setelah melahirkan anak ke-5 di tahun 1958, Ibu membuka usaha jahitan di rumah.
Perjalanan Ecocraft
Ecocraft ini ternyata tidak hanya mengubah gaun Ibu menjadi sajadah, tetapi menjadi proyek yang tanpa saya sadari membuat saya bergerak maju. Karena pada dasarnya saya suka membaca, saya mencari buku-buku referensi tentang teknik menjahit. Saya mengikuti berbagai kursus singkat tentang teknik menjahit craft secara offline dan online. Saya juga mengeksplorasi foto produk.
1. Mencari Buku Referensi Teknik Menjahit Craft
Saya belajar menjahit dan menyulam dari Ibu ketika saya masih SD. Sampai dewasa saya hanya menjahit di waktu senggang.
Sebelum Pandemi saya sempat membeli Singer digital dan menemukan keasyikan membuat quilt, patchwork, tas, dan lain-lain.
Namun saya merasa perlu pegangan untuk mengerjakan proyek ini. Berikut adalah buku-buku yang saya jadikan referensi.
The Magic of Crazy Quilting
Crazy quilt cocok untuk saya yang “kurang patuh pada aturan”. Karena itu saya akan gelisah jika membuat patchwork yang cenderung memakai pola-pola berulang.
Latar belakang crazy quilt yang heroik juga membuat saya bersemangat. Jahitan ini diilhami oleh perjuangan ibu-ibu di masa migrasi awal Amerika dan ingin berkarya dengan bahan apa adanya. Dengan demikian, crazy quilt juga pas untuk mengolah baju-baju Ibu yang kebanyakan berbahan licin.
Buku ditulis oleh Marsha Michler.
Crazy Quilting, The Quilting Guide
Buku ini juga ditulis oleh Marsha Michler. Waktu membeli saya tidak sadar bahwa penulisnya sama. Buku ini lebih tertata daripada buku pertama.
Foolproof Crazy Quilting
Berbeda dengan kedua buku crazy quilting karya Marsha Michler, buku Foolproof lebih menitikberatkan pada pola patchwork.
Buku ditulis oleh Jennifer Glouston.
New Directions in Chenille
Dengan buku ini saya mendapat beragam ide tentang desain sajadah dengan chenille.
Buku ditulis oleh ahli chenille, Nannette Homberg.
Color Confident Stitching
Saya sukaaa banget buku karya Karen Barbe ini. Dengan buku ini saya mendapatkan panduan untuk memadupadankan warna baju Ibu.
2. Setting Up Studio Mini
Mau tidak mau saya harus membangun studio foto di rumah. Ya, baju-baju Ibu harus difoto supaya kelak saya bisa membuat dokumentasi yang jernih tentang proses setiap sajadah. Beruntung ada blog ini, jadi saya bisa mencicil pekerjaan mendokumentasikan proyek sajadah.
Dalam hal styling foto sajadah saya dibimbing Mbak Ai (Rinto Habsari), teman saya kantor di Femina. Mbak Ai adalah food stylist yang punya mata apik untuk foto produk.
Pemotretan dilakukan oleh anak saya, Gilang, dan keponakan saya, Abet.
Cerita Sajadah Ecocraft
Sewing Blogging
Sewing and Blogging adalah tulisan tentang kegiatan menjahit dan menulis yang saya lakukan sebagai kesertaan dalam Ramadan Challenge.
Buku-Buku Menyulam
Buku-Buku Menyulam adalah tulisan tentang koleksi buku tentang menyulam saya. Buku itu saya beli di e-commerce dan layanan buku daring.
Tas Kresek Wajah Baru
Tas Kresek Wajah Baru adalah tulisan tentang proses mengolah wadah bingkisan Lebaran dari tas kresek. Dari tas kresek menjadi tas baru.
Tas Angpau Lebaran
Tas angpau Lebaran adalah cerita mengenai proses pembuatan tas anak perempuan untuk menaruh uang Lebaran (angpau)
Boneka Ikan
Boneka ikan adalah tulisan tentang proses membuat boneka kain berbentuk ikan yang ditujukan untuk anak usia 1 tahun hingga 6 tahun.
Sulaman Putih untuk Pengantin
Sulaman Putih untuk Pengantin adalah tulisan tentang whitework embroidery yang jadi pilihan untuk hadiah bagi sepasang pengantin.
Kucing Ramadan
Kucing Ramadan adalh cerita tentang proses saya membuat boneka dacron berbentuk kucing untuk cucu saya yang berumur 1,5 tahun/
Bikin Sajadah Sikat Perca
Bikin Sajadah Sikat Perca adalah tulisan tentang membuat sajadah dari tumpukan perca yang dijahit dan kemudian disikat (Fauz Chenille)
Zig-Zag
Zig-Zag adalah nama desain untuk sajadah yang saya buat dari baju almarhumah Ibu. Desain ini bergaya crazy quilting.
Kain Perca Kenangan
Kain Perca Kenangan adalah cerita mengenai sajadah dari baju almarhumah Ibu yang dibuat dengan teknik faux chenille dan slashing-cutting
Donasi
Pada bulan Februari saya menulis status tentang donasi tekstil tidak terpakai (baru/bekas, kecuali pakaian dalam). Tidak disangka saya menerima bingkisan-bingkisan tekstil baru dan bekas.
Pada libur Nyepi 22 Maret 2023 Ibu Dita mengirim paket ke sekolah. Ibu Dita adalah orang tua murid di sekolah saya. Putranya, Danta, dulu bersekolah di TK dan SD Tetum Bunaya. Kini Danta sbelas 2 SMA. Putri kedua Ibu Danta, Dielly, dulu bersekolah di TK Tetum Bunaya, dan kini sudah kelas 1 SMP. Ibu Dita senang menjahit dan merajut. Setelah membaca status WA saya tentang imbauan donasi tekstil., Ibu Dita dengan gercep mengirim tekstil dari karya-karya yang setengah jadi. Sudah tiga kali Ibu Dita mengirim donasi.
Kejutan datang di suatu sore. Sepulang kerja, saya mendapat kabar dari anak saya bahwa seorang ibu naik motor datang membawa sebungkus plastik berisi kain. Dia lupa nama ibu tersebut. “Dari M,” kata anak saya.
Saya mencoba mengingat-ingat siapa tetangga yang berbaik hati mengirim donasi kain. Dari daftar chat di WA saya menemukan seoang pesan dari seorang Ibu yang berjanji akan mengirim kain tidak terpakai, setelah membaca status WA saya.