Sewing Blogging

Sewing Blogging

Sewing & Blogging  — Selamat Idul Fitri! Tamu-tamu baru pulang. Saya membawa gelas-gelas kotor ke dapur. Biasanya saya langsung mencuci gelas dan piring kotor, namun kali ini saya biarkan menumpuk di sink. Gelas-gelas itu akan saya cuci setelah saya menulis blog ini, tulisan terakhir dalam rangkaian Ramadan Challenge yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan. Apa yang terjadi malam ini sebetulnya merupakan gambaran kegiatan blogging saya dari tanggal kurang lebih tiga pekan, dari 28 Maret hingga 22 April 2023 ini. Ya, gambaran berjibaku dengan berbagai kesibukan dan tetap setor tulisan. Saya mengetahui BPN Ramadan Challenge sekitar lima hari setelah Challenge dimulai. Saya berjanji akan mengejar sehingga pada tanggal 22 April saya dapat menyetor 15 tulisan. Dalam epilog ini saya akan membuat renungan SWOT terhadap dua kegiatan yang saya cintai, menulis dan menjahit dalam frame Challenge dari Blogger Perempuan.

Strength

Kekuatan saya dalam Challenge ini adalah karena saya sedang mengerjakan proyek membuat sajadah dari baju almarhumah ibu saya, dan menuliskannya. Saya mulai proyek yang saya sebut dengan Ecocraft itu sejak pekan ke-4 bulan Februari, jadi ketika saya membaca info tentang challenge ini, sajadah-sajadah itu sudah 70% selesai, dan saya sedang dalam proses menuliskannya. Dengan adanya Challenge ini, saya menjadi lebih terarah dalam menulis. Tema yang saya pilih adalah lifestyle.

Menurut Qaris Tajudin dalam kelas daring Menulis Gaya Hidup di Tempo Institute, gaya hidup adalah hubungan antara manusia dengan objek-objek di sekelilingnya. Kalau saya mengaitkan menjahit sebagai gaya hidup, ya karena menjahit menjadi sebuah kriya yang saya kenal sejak saya kecil karena ibu saya penjahit. Menjahit menjadi kemahiran yang saya pelajari secara alami, dan menjadi aktivitas yang menyenangkan, dan membuat saya merasa dekat dengan Ibu. 

Ibu saya sudah wafat tahun 2004, meninggalkan ratusan baju di lemari. Di awal tahun ini tinggal 30-an baju yang tersisa. Maka saya pun ingin memanfaatkan baju-baju itu sebagai lahan doa, dengan menjadikannya sebagai sajadah. Saya juga berniat akan membukukan kegiatan ini dalam sebuah buku, sebagai inspirasi bagaimana mengabadikan kenangan orang yang kita cintai, sekaligus sebagai sarana doa baginya. 

Dengan kekuatan niat itu, saya merasa optimis saat memulai Challenge dari Blogger Perempuan Network.

sewing

Weakness

Kelemahan saya dalam mengikuti Challenge ini adalah kemampuan saya dalam mengelola waktu. Di luar kegiatan menjahit dan menulis dalam proyek Ecocraft, saya mempunyai pekerjaan yang harus saya kerjakan dari pagi hingga sore. Jadi saya mesti pandai-pandai, mengelola waktu, menjaga stamina, dan menata mood supaya bisa konsisten menjahit dan menulis.

sewing

 

Opportunity

Opportunity (kesempatan) yang saya miliki dalam mengikuti Challenge ini adalah adanya permintaan jahitan dari kerabat. Karena sajadah sudah hampir selesai, saya terus menjahit untuk kebutuhan anak. Ada boneka kapuk, dan ada tas angpau. Malah saya terpikir akan mengembangkan aktivitas membuat mainan sensori untuk anak di bawah 1 tahun.

Di luar itu, ada juga “panggilan” untuk membuat kado pengantin berupa sarung bantal bersulam putih. Saya jadi belajar tentang jenis sulaman dari Abad Pertengahan di Eropa yang bernama Whitework Embroidery. Kelak, saya akan membuat sulaman bertema whitework dan dipamerkan. 

Semua itu adalah bahan yang kaya untuk dituliskan.

sewing

 

Threat

Saya lebih suka menyebutnya sebagai “tantangan”, bukan “ancaman”. Tantangan terbesar adalah bagaimana saya bisa menata hidup saya agar menjahit dan menulis bisa berjalan. Ketika bersemangat, ide saya meledak-ledak, dan saya sering melompat dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Alhamdulillah semua ide dalam proyek ecocraft ini terjalankan dengan berbagai variasi. 

Ada hal lain yang perlu saya perhatikan: rumah akan berantakan kalau saya sudah “beraksi’. Ambil kain ini dan itu, dibentangkan, lalu akan muncul guntingan-guntingan perca di sana-sini. Nah,  saya mesti rajin membereskan agar keluarga saya tidak terganggu, dan rumah tetap nyaman. 

 

 

 

Epilog

Saya happy dengan adanya Challenge ini, karena saya bisa mendapatkan wadah untuk lifestyle saya: menjahit dan menulis. Dengan adanya Challenge ini saya mendapat gagasan yang lebih besar kelak: membuat brand craft ramah lingkungan dan menuliskan prosesnya. 

Bismillah.

 

Buku-Buku Menyulam

Buku-Buku Menyulam

Buku-Buku Menyulam — Selamat Idul Fitri! Saat ini tidak ada tamu Lebaran, jadi saya bisa mereviu buku-buku menyulam yang saya miliki. Sejak membuat proyek ecocraft, saya berburu buku sulaman sebagai referensi. Pasalnya, sudah bertahun-tahun saya tidak menyulam, jadi saya perlu referensi untuk membuat pengetahuan saya menjadi fresh.

Saya membeli buku menyulam di Tokopedia, Opentrolley, dan Google Playbooks. Mau lihat koleksi saya?

Crazy Quilt

Saya membeli buku ini karena ada kata “crazy“. Pilihan saya tidak salah. Kata itu mengacu pada patchwork yang acak-adul, suka-suka, bebas berkreasi. Itu saya banget.

Ada dua buku tentang crazy quilting bekas yang saya beli dalam waktu berbeda. Saya tidak menyadari bahwa pengarangnya sama, Marsha Miller. 

Buku-Buku

Buku-Buku

Buku The Magic of Crazy Quilting diterbitkan oleh Krause Publication, Amerika Serikat, tahun 2003. Bentuknya soft cover, isi warna, dengan ukuran 21 x 27 cm, 160 halaman. 

Buku The Crazy Quilting, the Complete Guide, juga diterbitkan oleh Krause Publication, Amerika Serikat, tahun 2008. Bentuknya hard cover dengan spiral, isi warna, dengan ukuran 17 x 20 cm, 256 halaman. 

Sepertinya buku kedua merupakan penyempurnaan dari buku pertama. Tidak salahlah saya membelinya lagi. Lebih murah pula harganya pada saat saya beli. Buku kedua memang lebih enak dibaca. Judul tidak memakai kursif (seperti buku pertama). dan pengorganisasian lebih rapi. 

Yang jelas, saya memang crazy terhadap crazy quilting, sehingga sampai membeli dua kali. 

Informasi yang saya dapatkan dari kedua buku:

  1. Pola patchwork untuk crazy quilting
  2. Teknik menyulam
  3. Sejarah

Sulaman 3D

Sulaman pun bisa dibuat tiga dimensi. Disebut dengan stumpwork atau raised work. Pada saat saya menulis blog ini, saya belum menggunakan stumpwork dalam proyek-proyek sulaman saya. Saya membeli buku sebagai referensi saja. 

Dari buku ini saya mendapatkan informasi tentang teknik menyulam, pilihan benang, desain dan sejarah. Jujur saja saya kurang suka dengan desain di buku ini. Desain stumpwork di Instagram jauh lebih manis. 

Buku ditulis oleh Kay Dennis dari Amerika Serikat. Ukuran buku 20,5 x 26 cm. Penjilidan soft cover, dan jumlah halaman 80. Buku diterbitkan oleh Search Press, Amerika Serikat, tahun 2007.

 

Smocking

Ini adalah buku untuk proyek yang masih dalam angan-angan. Saya membelinya untuk mengenang baju di masa kanak-kanak. Kalau saya sudah membeli bukunya, saya bisa memwujudkan dengan lebih cepat. 

Buku Australian Smocking for Beginners ditulis oleh Margie Bauer, dan diterbitkan oleh Penguin Books Australia tahun 1987. Buku berukuran 20 x 26 cm, dijilid soft cover, dan mempunyai 152 halaman. Ada halaman warna dan ada halaman hitam putih. 

Di buku ini ada teknik membuat smocking, baik dengan plaiting machine maupun manual, desain, dan sejarah. 

buku-buku

Tentang Warna

Colour Confident Stitching menjadi buku favorit saya.  Dengan buku ini saya menjadi lebih percaya diri membuat kombinasi warna pada karya jahit. 

Diawali dengan teori warna secara umum, meniru warna dari alam, dan menerapkan pada craft jahitan. 

Buku saya beli dalam keadaan baru dan perlu menunggu tiga minggu. Duh, seperti menunggu kekasih rasanya. Ketika buku datang, saya merasa bahwa buku ini memang pantas dirindukan karena saya perlukan sebagai crafter. 

Terima kasih, Karen Barbe, yang sudah menulis buku sangat bermanfaat. Terima kasih juga untuk penerbitnya, Pimpernel Press Ltd, yang sudah menerbitkan buku ini di tahun 2017. Buku full color, berukuran 20 x 25 cm, jilid soft cover, dan jumlah halaman 128. 

 

 

Kalian Pakai Buku Apa?

Apakah kalian juga pakai referensi ketika membuat karya craft? Mungkin tidak ya. Ini masalah pilihan. Lagi pula di internet juga banyak contoh-contoh craft yang lucuk-lucuk.

Saya mengoleksi buku karena saya kutu buku, dan agar saya lebih mudah saat mencari.

Happy crafting!

Tas Kresek Wajah Baru

Tas Kresek Wajah Baru

Tas Kresek Wajah Baru — Selamat Idul Fitri! Masih dalam rangka Lebaran nih ceritanya. Masih juga tentang jahit menjahit. Ya, Lebaran-Lebaran saya tetap menjahit.

Sebetulnya ruang tengah sudah mau saya rapikan, ternyata masih ada panggilan untuk menjahit. Kalau panggilan kesannya saya pasif, padahal sayalah yang memilih untuk menjahit karena ide tiba-tiba datang. Ide untuk apa?

Bingkisan untuk Pak RW

Kemarin Pak RW mengirimi kami bingkisan kue kering. Kami sudah berlebaran dan Pak RW baru hari ini. Jadi saya ingin membalas dengan membuatkan tas angpau untuk Naya, putri bungsunya. Kalau membalas dengan makanan sepertinya menggarami air laut ya karena Bu Intan, istri Pal RW, itu “juara” masak. 

Tas saya selesaikan dalam waktu satu jam, karena saya sudah menggunting bahan dasarnya. Bahkan penutup dan kancing magnet sudah dipasang. 

Setelah tas jadi, saya berpikir: dibungkus pakai apa?

Sesuai prinsip ecocraft, pastinya harus barang bekas. Mata saya tertuju pada tumpukan tas kresek yang sudah menggunung. Yesss.

Bahan Membuat Tas Kresek Wajah Baru

Saya mengikuti petunjuk di Youtube  untuk mengetahui proses membuat tote bag dari tas kresek. Terutama yang ingin saya ketahui adalah jumlah pelapis tas agar terlihat kuat. Jadi bahan yang diperlukan adalah:

  • 8 tas kresek aneka warna dan aneka ukuran (saya sengaja tidak membatasi agar bisa berkreasi optimal). Dalam pembuatan tas ini saya memakai tas kresek warna hitam, merah, putih dan hijau).
  • Tali kanvas lebar 2 cm, panjang 14 cm (Saya memakai tali kanvas agar tas kresek ini terlihat “mahal”)
  • Benang jahit warna kontras.
  • Kain keras untuk alas atas dan bawah pada saat menyeterika.Ukurannya kira-kira selebar tas setelah dibuka. Saya membuat alas berukuran 60×42 cm sebanyak 2 lembar.

Yuk, Bikin ….

Ini langkah yang saya ambil:

  1. Semua tas digunting pada sisi kiri, kanan dan bawah. Bagian pegangan digunting juga. 
  2. Disusun menjadi dua kelompok, dengan susunan warna sama. Susunan yang saya ambil adalah: putih. merah, hitam, pink, putih, hijau hitam, merah. Saya ingin tas ini mempunyai sisi luar berwarna merah, dan sisi dalam berwarna putih.
  3. Plastik diseterika agar lembaran-lembaran itu menyatu. Jangan lupa menaruh alas di lapisan bawah dan atas. Jangan pegang plastik ketika baru diangkat. Nanaz, man! Seterika terus sampai semua bagian menyatu. 
  4. Kedua lembaran yang diseterika digunting dengan ukuran sama. Jujur saya tidak mencatat ukuran tas yang saya dapat. Pokoknya yang penting ambil bagian yang sudah terseterika rata. 
  5. Jahit sisi kanan, kiri, dan bawah. Saya menjahit pada bagian putih, karena tas akan dibalik kelak. 
  6. Buat gambar di sudut bawah berukuran 2,5 x 2,5 cm. Gunting. Lalu jahit, sehingga kita akan mendapatkan bentuk kotak. 
  7. Pasang tali. Saya memakai jahitan zigzag agar tampak manis.
  8. Oh ya, bagian depan dan belakang saya beri hiasan dari guntingan tas.  

Ini hasilnya!

Tas Kresek

 

Tas Angpau Lebaran

Tas Angpau Lebaran

Tas Angpau Lebaran — Tadi malam, malam takbiran, saya ngebut bikin tas angpau untuk keponakan, anak adik ipar saya. Saya telanjur berjanji, jadi apa pun yang terjadi, saya harus menyelesaikannya. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang lebih 1 jam. Lho kok cepat? Panjang ceritanya.

tas angpau

Ide Membuat Tas

Ide membuat tas angpau datang ketika saya melihat cucu-cucu kakak  saya yang berumur 8, 7, 4, dan 1,5 tahun. Mereka semua perempuan, jadi kemungkinan besar butuh tas untuk menyimpan uang Lebaran.

Sesuai prinsip ecocraft, saya harus memakai kain yang sudah ada, tidak membeli. Maka saya pun membongkar koleksi kain-kain yang bermotif anak. Saya menemukan kain kanvas Jepang berwarna cerah yang sepertinya saya beli dari sebuah lembaga craft. Jenis canvasnya tidak kaku, sehingga akan mengikuti gerak tubuh anak yang cenderung aktif.

Proses Membuat Tas

Saya langsung membuat lima tas untuk cucu keponakan dan anak tetangga. Seperti penjahit konveksi, saya langsung menggunting lima set. Dalam proses ini saya merasa perlu mempunyai rotary cutter, agar ukuran potongan bisa lurus dan stabil

Potongan yang diperlukan adalah:

  • Badan tas:
    • Kanvas ukuran 16 x 22 cm (2 lembar)
    • Pelapis kain keras ukuran 16 x 22 cm (2 lembar)
    • Lapisan dalam dari blacu 16 x 22 cm (2 lembar)
  • Tutup tas:
    • Kanvas 10 x 18 cm (1 lembar)
    • Pelapis kain keras ukuran 10 x 18 cm (1 lembar)
    • Lapisan dalam 10 x 18 cm (1 lembar)
  • Tali webbing lebar 2 cm:
    • Tali bahu: 120 cm (seutas) 
    • Pegangan ring D: 6 cm (2 utas)
  • Aksesori :
    • Ring D (2 buah), ukuran 2 cm
    • Buckle (1 buah), ukuran 2 cm 
    • Kancing magnet 1 cm (1 pasang)

Pertama, saya menjahit bagian penutup (kanvas, kain keras dan blacu). Kancing magnet sekaligus dipasang. Kemudian bsaya jahit bagian badan (kanvas bersama kain keras), lalu blacu. Setelah itu saya menjaht tali pegangan ring D di kedua sisi. Proses berikutnya adalah menjahit penutup. Setelah itu saya jahit pelapis bagian bagian, dan kancing magnet. Terakhir adalah tali. 

Tas angpau

Reaksi “Konsumen”

Ini adalah tas pertama saya. Banyak pelajaran yang saya dapat. Tapi insya Allah saya menjadi lebih paham cara membuat tas untuk anak. Buktinya, tadi maam saya bisa membuat tas tambahan hanya dalam waktu 1 jam.

Bukti bahwa tas itu pas untuk pelanggan adalah karena adanya reaksi positif dari mereka. Bahkan tas itu langsung dipakai untuk main, begitu diterima.

Alhamdulillah.

tas angpau

Boneka Ikan

Boneka Ikan

Boneka ikan ini saya buat tidak sengaja. Semula karena Esha, cucu kakak saya yang tinggal di depan rumah, menagih boneka yang saya janjikan. Ya Allah, saya pernah berjanji menjahitkan gambar yang dia buat menjadi boneka. Namun blas … saya terlupa.

Namun bundanya mengingatkan bahwa gambarnya terlalu kecil untuk dijadikan boneka. Ya betul, ukuran gambarnya mungkin hanya setinggi 5 cm.

Jadi Esha saya tawari apakah mau dibuatkan boneka ikan dengan ukuran panjang dua  telapak tangan. Esha bersedia. Dia menggambar ikan, dan saya buatkan bonekanya. Saat ini proses membuat sajadah Ibu sedang reses, jadi saya manfaatkan untuk membuat craft lain.

Dari Kaus tak Terpakai

Sesuai prinsip ecocraft, saya membuat boneka ikan dari kain yang tidak terpakai. Saya memilih bahan kaus karena lentur, dan mempermudah saat diisi dakron. Pastinya, dengan kain lentur hasilnya akan lebih baik.

Pengetahuan ini saya dapat ketika SMP. Saat itu saya dan kakak saya sedang senang-senangnya membuat boneka kapuk dengan pola dari suatu majalah. Dari “petualangan” mencoba berbagai jenis bahan, kami sampai pada kesimpulan bahwa bahan terbaik untuk membuat boneka kapuk adalah kaus.

Alhamdulillah saya punya kaus putih, abu-abu, pink dan polkadot tidak saya pakai lagi. Bahan polkadot saya pakai untuk kepala, agar saya tidak perlu melukis wajah. Untuk badan, saya padu-padankan antara putih, abu-abu dan pink.

 

Proses Membuat Boneka Ikan

Boneka ikan yang pertama saya buat untuk Esha, gadis kecil berusia 7 tahun. Kemudian saya membuat dua lagi untuk Azizi, 4 tahun, sepupu Esha, dan Asha, 8 tahun. Mereka dengan suka cita menerima boneka masing-masing. Oh ya, saat ini hari libur, jadi mereka seperti mendapatkan aktivitas untuk mengisi liburan.

Pada setiap boneka saya beri inisial nama masing-masing. Inisial ini saya buat dengan teknik faux chenille. Pada bagian tertentu  saya beri hiasan bunga yo yo. Selain untuk hiasan, bunga ini difungsikan untuk menutup kekurangan. Misalnya, jahitan bundet.

Untuk pengisi badan, saya memakai dakron dengan grade A plus-plus. Hasilnya, ikan ini menjadi sangat empuk.

Saya mendengar bahwa adik Asha yang berusia 1,5 tahun membuang boneka itu ke dalam kolam. Saya gembira, karena berarti boneka itu cukup konkret untuk batita. Cucu saya sendiri yang juga berusia 1,5 tahun tidak tertarik pada boneka itu.

Boneka Ikan

 

 

 

 

Sulaman Putih untuk Pengantin

Sulaman Putih untuk Pengantin

Sulaman Putih untuk Pengantin – Di sela proyek sajadah Ibu, saya membuat sulaman di sarung bantal untuk putri tetangga yang menikah di tanggal 1 Ramadan.  Tetangga ini tidak memberikan undangan, hanya bingkisan berupa boks makanan dan hadiah handuk, sebagai tanda mereka baru usai mengadakan upacara siraman.

sulaman putih

Sulaman Putih di Atas Kain Putih

Karena untuk pengantin, saya terpikir membuat sulaman yang bersih: sulaman putih di atas kain putih. Tapi berupa apa? Hmm … yang romantis adalah bantal cinta …

Maka, saya pun mencari bantal cinta di e-commerce langganan. Ada berbagai ukuran, namun saya memilih bantal dan sarungnya yang berukuran 50×100 cm. Saya mencari bantal dengan isian bulu angsa, dan sarung dari katun yang lembut. Semua barang saya pesan dengan pengiriman kilat, karena saya ingin segera mengerjakan.

Oh ya untuk benangnya saya tidak memakai benang sulam, tetapi benang jahit yang tebal. Ini dari hasil uji coba dua atau tiga kali, sebelum memutuskan benang yang akan dipakai.

Tentang Whitework

Whitework embroidery adalah sulaman dengan menggunakan benang dengan warna sama dengan bahan. Biasanya yang digunakan adalah linen putih.  Whitework tertua ditemukan sebagai penutup altar gereja di Jerman, pada abad ke-12, dan disebut dengan opus teutonicum. Sulaman ini tercipta karena alasan praktis: benang putih lebih mahal daripada benang emas, yang biasanya menjadi simbol keagungan kerajaan dan gereja.

Kesederhanaan itu yang membuat whitework menjadi populer. Bahkan kemudian, di abad ke-16, penggunaannya tidak terbatas pada kalangan gereja, namun juga rumah tangga untuk baju dan perlengkapan rumah. Warna putih bersih tidak lagi menyiratkan karya yang bernilai ekonomi rendah, tetapi justru dengan warna tunggal itu terkesan sifat elegan.

Sejak awal, jenis sulaman yang dipakai tidak berbeda dengan sulaman pada umumnya, misalnya, tusuk rantai, tusuk satin, tusuk tangkai 

Salah satu jenis whitework adalah Schwalm embroidery. Dari namanya terlihat bahwa sulaman ini berasal dari Jerman. Schwalm embroidery berbentuk besar dengan motif flora dan fauna. Pada sulaman ini banyak dipakai chain stitch atau coral stitch. Daun dan bunga kecil disulam dengan blanket stitch atau satin stitchSchwalm embroidery digunakan untuk menghias busana wanita dan pria, selain perlengkapan rumah seperti sprei, taplak, handuk.

 Jenis lain dari whitework adalah Hedebo dari Denmark. Hedebo juga merupakan nama daerah tempat lahirnya jenis sulaman itu. Di Indonesia jenis sulaman ini kita sebut dengan terawang. Sulaman ini dibuat dengan membuat lubang pada serat kain.

 

 

Sulaman Pengantin

Pertama, saya membuat monogram TR pada bagian tengah. Font yang saya pakai jenis Malibu. Saya memakai aplikasi kanva untuk menuliskan TR dengan font itu, yang kemudian saya cetak ukuran kertas A3 (29,7 x 42 cm). Hasil cetakan saya jiplak pada kain dengan menggunakan pensil.

Sesudah itu saya menggambar bunga-bungaan untuk hiasan di kiri atas. Jadi hanya ada dua blok sulaman, hiasan di kiri atas dan monogram.

Saya memakai tusuk rantai untuk monogram, tusuk koral untuk tangkai daun, dan tusuk buttonhole eyelets untuk bunga. Beberapa jenis tusukan merupakan hasil coba ulang untuk menghindari tekstur berlebih. Misalnya, saya mengganti sulaman French knots karena tidak pipih dan menimbulkan efek sensoris pada kulit.

sulaman

 

Sederhana?

Apakah whitework sederhana? Tidak. Warna putih membuat kita menjadi hati-hati dalam menjaga kebersihan kain dan menusukkan benang. Setelah bantal jadi, saya sampai mencuci tiga kali karena ada noda yang menempel.

sulaman pengantin

Dan … ternyata saya perlu tiga pekan nonstop untuk menyulam sarung bantal ini.

Sekalipun demikian, saya tidak kapok. Bahkan saya ingin suatu saat membuat white season, pameran sulaman bernuansa putih. Efek karya whitework memang tidak sederhana, namun elegan dan stylish.

 

 

× Hubungi saya