Layangan Putus: Perlindungan terhadap Pemain Anak
Layangan Putus: Perlindungan terhadap Pemain Anak – Sebelum liburan akhir tahun 2021, film itu jadi bahasan guru dan staf di sekolah saya. Tak dapat dipungikiri, saya pun kecanduan. Namun semakin saya menikmati tayangan Layangan Putus, semakin saya merasa bersalah kepada seorang pemain cilik di film itu.
Masalahnya, film ini ditujukan untuk orang dewasa. Pada bagian awal ada peringatan bahwa “Film ini memiliki tema yang hanya pantas ditonton oleh usia 17 tahun atas. Mohon patuhi batas usia yang ditetapkan.” Nah, kalau untuk penonton ada peringatan untuk batas usia, bagaimana dengan pertimbangan untuk pemain anak?
N-E
Film Layangan Putus vs Realita
Saat bermain di film Layangan Putus, GA berusia 8 atau 9 tahun. Menurut Jean Piaget, seorang psikolog yang melontarkan teori perkembangan kognitif, anak di kisaran 7-11 tahun berada di Tahap Operasional Konkret. Pada tahap ini logika anak sudah berkembang. Dia sudah mampu berpikir sistematis (menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Di tahap ini anak juga sudah mulai dapat meninggalkan pemikiran egosentris, dan mulai membangun pertemanan secara erat.
Kurikulum Indonesia memegang teori Piaget dengan ketat. Ini terlihat dari tema belajar untuk siswa kelas 3 hingga 6 SD yang tidak lagi terkait dengan diri sendiri (misalnya, tema belajar “Tubuhku”, “Keluargaku”, dan “Temanku”), tetapi sudah mengarah ke dunia luas (misalnya, “Perkembangbiakan”, “Indahnya Kebersamaan”, dan “Globalisasi”).
Kemungkinan GA duduk di Kelas 3 atau 4 SD ketika dia bermain film Layangan Putus. Dia pastinya sudah belajar tentang hidup rukun ketika Kelas 2 SD, baik melalui pelajaran PPKN, Matematika, Agama, maupun Bahasa Indonesia. Namun saat terlibat di film, dia berhadapan dengan cerita tentang keluarga yang tidak rukun. Papip (ayah Raya) diam-diam membohongi Mamim (ibu Raya) dengan berselingkuh. Ibu temannya, Brandon, juga berselingkuh untuk sebuah alasan yang terlalu pelik dipahami anak. Ini bertentangan dengan kemampuan kognitifnya yang meninggalkan ranah egosentris dan mementingkan hubungan sosial.
Pendamping Pemain Anak dalam Film Layangan Putus
Sayang sekali saya tidak bisa menjabarkan di sini, karena tulisan itu sudah dimuat pada tanggal 28 Desember 2021 di Rahma.id. Silakan klik di sini.
Tulisan itu saya buat setelah mengikuti Pelatihan Menulis Esai Adil Gender dan Perlindungan Anak yang diselenggarakan oleh Rahma.id dan Fisip Uhamka.
Pada saat saya mengecek laman itu kembali pada tanggal 6 September 2022, saya mendapatkan sudah ada 523 views dan 5 komentar di sana. Senangnya menulis untuk Rahma adalah mendapat Avatar sebagai penulis.
Untuk membaca, silakan klik di sini.
My Philosophy
01
Sed porttitor lectus nibh
Vivamus magna justo, lacinia eget consectetur sed. Nulla quis lorem ut libero malesuada feugiat. Cras ultricies ligula sed.
02
Quisque velit nis pretium ut
Vivamus magna justo, lacinia eget consectetur sed. Nulla quis lorem ut libero malesuada feugiat. Cras ultricies ligula sed.
03
Pellentesque in ipsum id orci
Vivamus magna justo, lacinia eget consectetur sed. Nulla quis lorem ut libero malesuada feugiat. Cras ultricies ligula sed.