Naik Bus Jakarta – Denpasar: 8 Langkah agar Nikmat

Naik bus Jakarta-Denpasar? Banyak yang terkejut dengan ide ini, dan menganggap saya aneh. Padahal moda transportasi ini bisa jadi pilihan bagi yang ingin bertualang. 

N-E

Yuk, Naik Bus!

Saat menerima undangan pernikahan di Bali, saya mendapat ide untuk melakukan perjalanan naik bus Jakarta-Denpasar. Banyak yang terkejut dengan ide ini, dan menganggap saya aneh. Alhamdulillah suami saya mendukung, sekalipun saya akan melakukan solo journey. Kami sering melakukan perjalanan darat ke berbagai kota dengan mobil sendiri di Pulau Jawa, jadi suami saya ikhlas melepas saya karena dapat memperkirakan situasi jalan.

Ternyata perjalanan sepanjang 1.200 km itu tidak seperti yang saya dan suami saya bayangkan. Yah, namanya bertualang atau ngebolang, banyak kejutan yang saya dapatkan.

Dengan pengalaman yang sudah saya dapatkan, saya merasa punya “modal pengetahuan” untuk jalan-jalan lewat darat. Saya pun merangkum ilmu baru itu menjadi delapan langkah berpetualang dengan bahagia.

 

Satu: Mempelajari Situasi Naik Bus

Langkah pertama yang saya lakukan adalah melihat reviu busmania di Youtube. Ada banyak reviu tentang bus kota Jakarta-Denpasar. Saya memperhatikan situasi di terminal keberangkatan, kebersihan bus, kenyamanan kursi, dan karakter pengemudi. Semua pemberi reviu memberikan informasi positif tentang keempat hal di atas. Ini membuat saya semakin bersemangat untuk bepergian dengan bus ke Denpasar.

Dua: Membeli Tiket

Kita bisa membeli tiket bus di agen tiket bus, atau ke website perusahaan bus kota atau web penjualan tiket, seperti  easybook.com. Bisa juga membeli  melalui aplikasi Traveloka.

Pilihan saya adalah yang terakhir, karena saya cukup familiar dengan Traveloka. Pada aplikasi Traveloka kita cukup mengklik ikon “bus & shuttle“, lalu memilih hari dan tanggal. Setelah mengklik, kita akan mendapatkan data tentang bus, terminal keberangkatan dan terminal kedatangan serta harga. Oh ya di sana ada juga reviu tentang bus.

Saya memilih bus X yang berangkat pukul 12.30 dari Pulo Gebang dan tiba di Denpasar pukul 11.30 keesokan harinya. Dengan berangkat dan tiba di tengah hari, saya berharap menikmati banyak pemandangan kota-kota di Pulau Jawa.

Mengapa saya memilih Pulo Gebang? Jujur saya kepincut dengan reviu di Youtube yang menunjukkan Pulo Gebang itu semewah bandara. Suami saya pun setuju untuk memilih Pulo Gebang. Karena lokasinya paling Timur daripada terminal-terminal lain, potensi kemacetan akan berkurang.

Tiga: Melengkapi Persyaratan Dokumen

Sebelum berangkat, kita perlu mempelajari syarat vaksin. Syarat utama adalah menjalani vaksin booster. Namun bila baru menjalani Vaksin II atau vaksin I, ada kemudahan. Penumpang dapat membawa surat pemeriksaan Antigen. Karena saya baru menjalani Vaksin II, saya pun ke klinik dekat rumah untuk pemeriksaan Antigen. Alhamdulillah hasilnya negatif.

Beberapa penumpang tidak membaca persyaratan ini, sehingga begitu tiba di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, mereka pun digiring ke sebuah klinik untuk menjalani vaksin Antigen. Biaya pemeriksaan di klinik pelabuhan hanya Rp40.000, jadi lebih murah daripada di Jakarta. Sekalipun demikian ada penumpang yang tidak siap uang, KTP, maupun data internet.

Di dalam perjalanan kita beberapa kali diminta menunjukkan KTP asli, jadi sebaiknya KTP ditaruh di tempat yang mudah diambil. Pertama, saat memasuki checkpoint setelah menukar e-ticket dengan tiket kertas. Seorang petugas Dishub akan mengecek kecocokan data di tiket dengan data KTP.

Kemudian kita juga perlu tunjukkan tiket lagi saat vaksin Antigen (bagi yang belum booster), dan saat melewati dua checkpoint di pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Empat: Menjaga Kesehatan

Sebelum menempuh perjalanan dengan bus kota, menjaga kesehatan adalah syarat utama. Kalau kita tidak sehat, maka kenikmatan perjalanan pasti akan terganggu.

Persiapan fisik saya lakukan seminggu sebelum perjalanan. Memang sih, kalau lebih panjang persiapannya akan lebih baik. Berhubung keputusan untuk naik bus ini datang hanya seminggu sebelum keberangkatan, saya pun melakukan  persiapan begitu tiket dipesan.

Hal-hal yang saya lakukan adalah

 

 

Berjalan kaki ke tempat kerja

Berhubung tempat kerja saya hanya berjarak 700 meter dari rumah, saya pun “mencari keringat” dengan berjalan kaki berangkat dari rumah ke tempat kerja, atau sebaliknya, dari tempat kerja ke rumah. Saya bukan orang yang taat berolahraga. Biasanya, ada saja alasan untuk naik kendaraan karena banyak berkas atau perlengkapan yang dibawa.

Mungkin pembaca ada yang berkomentar, “Lah, kalau jarak kantor saya berkilo-kilo meter bagaimana? Masa disuruh jalan kaki?” Sabaar … dicari cara sajalah untuk melatih otot-otot tubuh. Jangan menjadi victim dari keadaan kalau ingin sehat.

Minum vitamin

Vitamin diperlukan untuk menambah imunitas. Ada kenalan yang suntik vitamin C sebelum perjalanan Jakarta-Bali dengan moda bus. Waduh, kalau saya lebih baik minum vitamin saja deh. Kebetulan saya memang minum vitamin D dan B Kompleks secara rutin untuk imunitas.

Menjaga pola tidur

Nah ini. Seperti biasa, kalau akan pergi lama, akan ada banyak pekerjaan yang mesti diselesaikan segera. Mau tidak mau ini mengganggu waktu tidur saya. Saya tetapkan untuk tidur cepat dan bangun pagi-pagi sebelum subuh untuk mengejar deadline.

Lima: Menyimpan Peralatan Mandi di Tas Kecil

Perjalanan Jakarta-Denpasar memerlukan waktu minimal 17 jam (seperti tertera di tiket). Kenyataannya, waktu tempuh menjadi 30 jam, dan ada waktu empat jam untuk menunggu bus datang. Total 34 jam perjalanan yang kita habiskan.

Dalam rentang waktu sepanjang itu, pada kondisi normal, orang yang beragama Islam melaksanakan delapan kali salat. Namun karena ada kemudahan bagi musafir (orang yang melakukan perjalanan), kita bisa melakukan jama sehingga hanya ada empat kali salat yang kita lakukan (zuhur-ashar, magrib-Isya, subuh, zuhur-ashar). Agar kita bisa beribadah dengan baik, kita perlu menjaga kebersihan tubuh dan pakaian.

Di bus ada rak tas, terletak menempel pada langit-langit kendaraan. Tas besar/koper disimpan di bagasi, di perut mobil. Wadah perlengkapan kebersihan pastinya tidak kita taruh di bagasi. Akan merepotkan kenek atau sopir apabila kita beberapa kali minta tolong diambilkan tas.

Apa isi tas kecil di kabin? Tergantung kebutuhan setiap orang, ya. Namun saya pikir yang pokok adalah pakaian ganti, pakaian dalam, handuk kecil, sikat gigi, odol, sabun serta toilet spray.

Oh ya jangan khawatir dengan kebersihan toilet. Dari semua toilet yang saya datangi cukup terjaga kebersihan dan aromanya.  Kloset, lantai, ember, pintu, lantai dan tempat sampah cukup bersih, bahkan ada yang kering. Saya menggunakan toilet di Terminal Pulo Gebang, Rumah Makan Singgalang Jaya Indramayu, Rumah Makan Utama di Madiun, Rumah Makan Prima di Pasir Putih, Situbondo, dan WC Umum di Pelabuhan Ketapang yang dijaga seorang ibu berkebaya. Ada toilet berbayar dan ada yang tidak berbayar. Kalau berbayar biayanya Rp2.000-Rp3.000, atau suka rela.

Enam: Menjaga Ponsel Tetap On

Di dalam perjalanan jauh, smartphone  diperlukan untuk menunjukkan dokumen perjalanan, berkomunikasi dengan keluarga dan teman, untuk mendokumentasikan perjalanan.

Ada dua hal untuk menjaga ponsel “siap tempur”:

      Baterai

      Pertama pastinya baterai harus tetap penuh. Di bus ada power supply yang terletak di rak tas. Namun letaknya cukup tinggi, setidaknya untuk saya yang tingginya 155 cm. Saya perlu naik ke kursi untuk mencapai rak itu. Tidak semua penumpang perempuan nyaman untuk berdiri di atas kursi, sehingga mereka minta tolong kepada penumpang lelaki untuk memasangkan charger ponsel ke power supply.

      Ada restoran yang menyediakan booth untuk power supply, ada yang tidak. Kalaupun kita bisa “nyolokin HP”, kita harus duduk di dekat power supply itu. Belum tentu kan kita beruntung mendapat tempat makan di dekat power supply. Biasanya meja di dekat power suppy menjadi incaran banyak penumpang yang butuh menambah daya HP.

      Untuk mengatasi hal itu sebaiknya kita membawa power bank dengan daya penuh. Kapan pun kita perlu menambah daya baterai, kita bisa melakukannya dengan mudah.

      Internet & aplikasi

      Ponsel wajib memiliki internet. Kita perlu menunjukkan e-ticket dan sertifikat vaksin pada aplikasi Peduli Lindungi. Tindakan yang sat-set-sat-set sangat diperlukan ketika petugas menanyakan dokumen perjalanan kita, untuk menunjukkan bahwa dokumen perjalanan kita lengkap.

      Aplikasi  yang wajib ada di ponsel adalah

      1. Peduli Lindungi. Saat memasuki pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) dan Gilimanuk (Bali), aplikasi Peduli Lindungi sebaiknya dalam keadaan terbuka agar terlihat sertifikat vaksin. Bisa juga sertifikat itu dibuatkan screenshot, sehingga kita tinggal membuka di galeri.
      2. Aplikasi Traveloka atau agen penjual tiket mana pun. Kita perlu menunjukkan e-ticket. Tiket elektronik bisa juga dibawa dalam bentuk cetak. Namun saya cenderung menghindari bentuk cetakan karena kurang praktis dan mudah terselip. Di samping itu, saya mencoba menerapkan gaya hidup hijau dengan mengurangi sampah.
      3. Aplikasi peta Waze. Di luar aplikasi wajib, saya punya aplikasi tambahan yang penting untuk saya, yaitu aplikasi peta Waze. Ini sangat pribadi dan terbentuk sejak kecil. Ketika saya kecil, kalau bepergian ke luar kota, ayah saya mengajari saja untuk membaca kilometer yang kami tempuh dengan memperhatikan  batu bata kecil bercat putih di tepi jalan.Kebiasaan itu menumbuhkan sense of control mengenai keberadaan saya saat bepergian. Kini saya tidak perlu mengamati penanda km di tepi jalan. Dengan aplikasi Waze, saya bisa mendapatkan data tentang waktu tiba, serta jarak dan waktu tempuh. Di tengah jalan tol yang panjang, saya juga bisa tahu kami tengah melintasi kota atau desa apa. Sekalipun laut tidak terlihat, saya bisa tahu bahwa kami tengah menyisir pantai.Dalam perjalanan ke Bali itu ada penumpang yang tahu saya aktif membuka Waze sehingga dia selalu bertanya tentang lokasi dan pergeseran jam kedatangan.Waze saya matikan di saat saya tidur atau bila merasa sudah cukup mendapat informasi.

      Tujuh: Membawa Penghangat

      Dari reviu di Youtube saya mendapat info bahwa kita bisa kedinginan di bus. Sekalipun bus memberikan selimut, saya memperkirakan bahwa saya tidak akan nyaman memakai barang milik orang lain. Karena itu saya membawa baju hangat, dan slayer dari wool. Perlengkapan itu cukup membantu saya menutupi leher dan dada, dan menghangatkan kaki.

       

       

       

       

      Delapan: Siap Belajar

      Syarat untuk bahagia naik bus kota Jakarta-Denpasar, khususnya dengan perusahaan bus yang saya naiki, adalah be flexible.  Camkan pada diri bahwa kita sedang bertualang, dan dalam petualangan segala hal bisa terjadi. Jadilah gelas kosong.

      Mengapa demikian?

      Di tiket tertulis bahwa bus berangkat pukul 12.30. Ternyata, oh ternyata, dari jam ke jam bus tidak datang juga. Setiap kali datang armada bus dari perusahaan tersebut, saya dan penumpang lain ke luar, tetapi kami mendapatkan bahwa bus itu bukan ke Bali. Bus baru datang sekitar pukul 5.

      Semula saya kesal dengan servis seperti ini. Saya merasa pihak bus kurang menghargai waktu penumpang. Apalagi tidak ada konter customer service untuk bertanya, ataupun nomor hotline. Sungguh berbeda dengan perusahaan penerbangan ataupun kereta api yang mengedepankan ketepatan waktu. Juga selalu ada permintaan maaf. Di perjalanan ini, tidak ada penjelasan apa pun dari pihak bus, apalagi permintaan maaf.

      Soo….

      Lama-kelamaan saya berpikir, betapa ruginya saya kalau terus berkeluh kesah. Saya tidak bisa mengubah perusahaan bus, tapi saya punya kontrol terhadap diri saya. Saya sudah memilih perjalanan dengan bus, jadi saya harus menjalaninya dengan nikmat.

      Saya mencoba memahami bahwa iklim di perusahaan bus bukanlah bisnis ala Barat yang sarat dengan ketepatan dan kaku. Perusahaan bus lebih mirip paguyuban yang lentur, dikendalikan oleh alam dan situasi, sekalipun berbayar.

      Jadi ketika bus terlambat, calon penumpang perlu memahaminya sebagai hal yang wajar. Seorang penumpang mengatakan, “Siapa tahu sedang diperbaiki. Lebih baik terlambat namun aman.”

      Penumpang lain berkomentar bahwa sudah biasa bus kota Jakarta-Denpasar menempuh waktu 24 jam.

      Dalam perjalanan kemarin saya bertemu dengan  orang-orang yang sabar dan menerima segala keadaan.

      Ya, ngebolang berarti bersinergi dengan gerak alam dan kehidupan.

      Biaya Perjalanan

      Biaya ini hanya gambaran kasar, karena bisa berbeda untuk setiap orang.

      Tiket Jakarta Denpasar = Rp600.000

      Air mineral + jajan = Rp50.000

      Antigen (bila belum booster) = Rp40.000

      Kamar kecil = Rp10.000

      Total = Rp700.000

      Sst … Ada Perlengkapan Kecil yang Sangat Penting

      Toilet Spray!

      Selama perjalanan ke Bali saya memasuki lima toilet. Saya merasa nyaman dan terlindungi saat menggunakan toilet duduk dengan benda kecil ini.

      Terima kasih sahabat-sahabatku, Mbak Ira dan Mbak Ai, yang tekah memberi saran membawa toilet spray.

      Saya beli di Tokopedia

      Tentang Web Narasi

      Pengisi Konten: Endah WS

      Page Builder: Divi/Elegant Themes

      Layout Pack: Writer

      Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

      N-EWS: Narasi Endah WS

       

      N-EWS

      × Hubungi saya