Belajar Rumi

(Puisi Janji)

  • Rumi Daylight (Camille & Kabir Helminski)
  • Rumi’s Daily Secrets (HB Jassin)

010

10 JANUARI, 2022

There are true promises that make the heart grateful;
there are false promises, fraught with disquiet.
The promise of the noble is sterling;
the promise of the unworthy breeds anguish of the soul.

Mungkinkah kita menulis puisi seperti Rumi?

Ah tidak usah Rumi. Orang yang hidup di masa kini deh. Misalnya, Paul Simon, penyanyi dan pencipta lagu asal AS. Simon menciptakan lagu The Sound of Silence yang sangat puitis dan dinyanyikannya bersama pasangan duetnya: Garfunkel. Ini liriknya:

Hello, darkness, my old friend
I’ve come to talk with you again
Because a vision softly creeping
Left its seeds while I was sleeping
And the vision that was planted in my brain
Still remains
Within the sound of silence

Simon melakukan personifikasi terhadap kegelapan, dengan memanggilnya sebagai “my old friend”. Simon menggambarkan penglihatan yang memupus hingga tertinggal bayang-bayang yang  tertangkap dalam kesenyapan.

Karena Simon ada di era yang sama dengan kita hidup, syair dalam lagu lebih mudah dibedah daripada puisi Rumi. Untuk membedah puisi Rumi kita perlu memahami konteks kehidupannya dan bahasa yang digunakannya.

***

Kalau kita ingin belajar menciptakan puisi, maka kita perlu mengadopsi teknik belajar Ki Hajar Dewantara yang disebut dengan 3N, yaitu  niteni, nirokake, nambani. Niteni artinya memperhatikan, nirokake artinya meniru, dan nambahi artinya menggubah.

Niteni adalah mengamati, seperti yang kita lakukan pada syair Sound of Silence. Niteni tidak terbatas pada mengamati bentuk puisi, namun juga isinya. Bentuk terkait dengan ekspresi atau pemakaian bahasa, sedangkan isi terkait dengan konteks.

Bentuk sajak hari ke-10 sama dengan semua sajak Rumi dalam Masnawi 1-6, yaitu kuplet (couplet): setiap sajak terdiri dari dua baris. Sajak di atas merupakan kuplet ke-179 dan ke-180 Masnawi I.

Untuk memahami sajak hari ke-10, kita perlu membaca sajak sebelum dan sesudah kedua kuplet itu. Sajak tentang janji itu merupakan bagian dari kisah seorang raja yang kasmaran pada gadis bersahaja dari lingkungan rakyat jelata. Gadis itu jatuh sakit dan raja pun memanggil tabib-tabib untuk mengobati. Namun tidak ada yang berhasil. Dalam mimpinya  raja mendapat petunjuk bahwa seorang tabib akan datang untuk mengobati gadis itu. Raja menduga tabib itu merupakan jelmaan malaikat.

Setelah memeriksa si gadis, tabib mengatakan,

“ I know why you are ill
and I will at once display the arts of magic in delivering you”

Janji tabib itu yang diucapkan dengan kata-kata lembut itu menenangkan si gadis. Janji itu memberi harapan bahwa kesembuhan akan menggusur penyakit si gadis.

Janji merupakan salah satu tema di dalam sajak Rumi di Masnawi. Kata “janji” muncul  60 kali di buku Masnawi jilid 1-6 yang berjumlah 25.630 kuplet. Tidak banyak, memang. Tetapi kalau kita dalami tema “janji” kita akan dapat menguak jalan pemikiran Rumi, dan mungkin bisa menirukannya. Siapa tahu?

***

Nirokake puisi Rumi? Kita lihat yuk sajak-sajak bertema janji yang berjumlah 60 baris dan menyebar di berbagai cerita pada keenam buku Masnawinya. Tema janji dalam Masnawi terbagi menjadi tiga tipe:

  1. Tindakan yang memberi harapan

The promises and soothing words of the physician
made the sick safe from fear.

(I -179 — Baca: Masnawi I, Kuplet 179, Terjemahan Helminski)

Sajak ini merupakan bagian dari cerita raja dan gadis pujaannya. Janji di atas diucapkan oleh tabib saat si gadis sakit. Janji itu mendatangkan harapan bahwa penyakit si gadis akan terobati.

2.  Tindakan yang mendatangkan kekecewaan

“I said,” cried the lion, “that the promise of those vile ones
would be vain, vain, frail and unfulfilled.”

(I-1057)

Ini adalah cerita tentang singa yang tengah menunggu janji hewan-hewan di hutan yang akan mencukupi kebutuhan perutnya.

For a long while he promised to-morrow and tomorrow;
his thorn bush became robust in constitution

(II-1232)

Pada Masnawi II ada kisah seorang gubernur yang berhadapan dengan warga yang menanam semak berduri di tengah jalan. Orang itu berjanji akan mencabut pohon itu tetapi tidak kunjung dilaksanakan.

3. Pernyataan yang mengandung belief

Tipe ketiga ini merupakan kata-kata bijak yang terasa sebagai suara Tuhan.

The high God has boasted of faithfulness: He has said,
“Who but I am most faithful in keeping a promise?”

(III-323)

Teks ini ada di cerita Nabi Isa a.s. menyembuhkan orang-orang yang sakit.

I made a promise to God, crying,
‘O gracious One, do You free my legs from this bondage

(V-2629)

Bait ini merupakan bagian dari cerita kaum sodom.

Janji merupakan ketidakpastian, dan ketidakpastian punya potensi besar untuk digarap menjadi baris-baris yang menyentuh hati. Di dalam harapan ada tanya, keraguan, kecemasan, kesedihan. Janji tipe 1 dan tipe 2 dapat menjadi inspirasi untuk menghasilkan puisi yang beremosi. Karena kita bukan Rumi, pastinya kita tidak menggarap tipe yang ke-3. 

***

Kita sampai pada bagian yang paling menantang, nambahi (menggubah). Kalau kita adalah pemula, maka kita bisa mengawalinya dari hal-hal sederhana.

Paling mudah adalah memakai kacamata anak. Ketika anak saya masih SD, dia membuat puisi Hari Ibu yang tidak memuji-muji saya sebagai ibu yang telah mengandung 9 bulan. Dia bilang: Aku sayang Mama, tapi mamaku peliiit.

Penyair pun kadang menjadi naif seperti anak. Sapardi Djoko Damono menulis puisi tentang perahu kertas:

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan

 Yudhistira ANM menulis tentang sajak dolanan anak.

Sebuah boneka, namanya Poppy, punya Nency

Sebuah senapan, harganya mahal, punya Robby

 Joko Pinurbo menulis tentang Maria yang mengambilkan celana untuk putranya saat disalib, sambil bertanya: “Paskah?” Dengan celana yang pas itu Isa terbang ke langit. 

Jadi di tahap menggubah, tidak perlu mencari tema yang yang “tinggi” seperti The Sound of Silence, cukup kembali ke masa kecil. 

Sudah siap mencari janji di masa kecil?

 

 

× Hubungi saya