Belajar Rumi
Let’s ask God to help us to self-control:
for one who lacks it, lacks His Grace.
Sore ini saya dan suami mencari jajanan buka puasa. Karena kami penggemar pisang, kami mencari tukang buah yang menjual pisang buah ataupun pisang untuk diolah. Lewatlah kami di depan penjual yang menyediakan berbagai macam pisang dalam keadaan matang. Ada pisang tanduk, pisang kepok, pisang raja dan pisang ambon.
Saya tidak turun dari mobil, karena untuk urusan beli buah-buahan suami saya lebih jago.
Ketika kembali ke mobil, suami saya menunjuk ke arah tukang pisang, “Tuh ruko dijual,” katanya.
Saya tidak paham. Saya menengok ke arah penjual pisang. Ya, dia berdiri di pojokan ruko baru dengan rolling door tertutup berwarna cokelat. Ada kertas bertuliskan “Dijual” di pintu ruko. Pisangnya digantung di palang yang disangkutkan antara tembok ruko dan tiang di depan ruko.
“Dia nyewa di situ. Dulu tanah itu punya keluarganya,” kata suami saya.
Ah, biasa kan. penduduk lokal di daerah kami menjual tanah dan kemudian mengontrak di tanah yang pernah dimilikinya.
“Tanah itu dijual diam-diam sama adiknya. Pembeli baru membangun ruko, dan akan menjual ruko itu.”
Saya terkejut mendengar cerita “Diam-diam dijual adiknya”. Hebat kali suami saya, berhasil mengorek cerita dalam waktu singkat. Saya menduga, pasti percakapan berawal dari pertanyaan tentang tanda “dijual” di pintu ruko. Kebetulan hal itu menyentil emosi tukang pisang, sehingga keluarlah cerita masa lalunya.
Bahwa tukang pisang sampai curhat kepada orang yang tidak dikenalnya, pasti dia masih terluka. Namun dengan tetap berjualan di lokasi yang menggoreskan luka, dia tanpa sadar menerapkan tiga kontrol diri seperti yang dikemukakan James Averill, psikolog AS. Tukang pisang melakukan kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol keputusan. Walaupun hatinya hancur karena tanah warisan dijual adik, tukang pisang tetap dapat mengendalikan perilaku, berpikir ke depan, dan membuat keputusan objektif. Dia tetap mencari sesuap nasi untuk keluarga dengan berjualan pisang, yang memang sudah ditekuninya sejak muda, di lahan yang sudah dikenalnya dan orang mengenalnya.
Tukang pisang merupakan contoh kontrol diri yang terdapat di Surat Al-Hujurat ayat 10 (“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih, dan bertakwalah pada Allah agar kamu mendapat rahmat”) dan Surat Al-Hujurat ayat 12 (“Jauhilah prasangka karena prasangka itu adalah cerita yang paling dusta, dan janganlah kamu saling memaki, saling mencari kesalahan, saling membanggakan, saling beriri, saling membenci, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara”).
Pastilah pahit dikhianati saudara sendiri, namun tukang pisang dapat melampaui ujian itu dengan melakukan pengendalian diri. Dengan melakukan kontrol diri dia mendapat His-Grace (istilah Rumi), atau rahmat (istilah di dalam Surat Al Hujurat).