30 DWC 35 #17

30DWC

#35 – Squad 6

Cerita Sebelumnya:

Ken, siswa kelas 4 SD Swasta di Jakarta Selatan, sedang belajar tentang kerajaan Hindu Buddha. Dia ingin membuat wisata virtual ke Trowulan, Mojokerto. Di Trowulan ada situs-situs yang diduga peninggalan kerajaan Majapahit. 

Ketika ada libur panjang karena ada hari libur nasional yang jatuh pada hari Senin, Ken membuat rencana wisata virtualnya.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah membuat peta perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, lalu dari Surabaya ke Mojokerto. 

Bismillah.

#17

Jumat, 4 Maret 2022

Trowulan

Saat membuka peta Mojokerto, Ken menemukan nama-nama tempat lain yang berawalan dengan “mojo”. Ada Mojowarno, Mojodukuh, Mojoagung, Mojojejer, Mojosari, dan Mojoroto. Nama-nama tempat itu ada di Jombang, kabupaten di dekat Mojokerto. 

Kata “mojo” berasal dari nama buah berkulit keras dan berdaging pahit, maja. Sekarang pun di wilayah itu banyak tumbuh pohon maja. 

Saat ini peninggalan Majapahit ada di Kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto. Letaknya sekitar 70 km sebelah barat daya kota Surabaya, dan dapat ditempuh lewat perjalanan darat selama satu jam 15 menit.

Namun kenapa daerah Trowulan tidak berawalan dengan “mojo”? Nama Trowulan berasal dari kata antarawulan, kata lain untuk antarasasi.  Pada masa Majapahit, antarasasi adalah bangunan suci, termasuk bangunan keluarga raja. Diperkirakan, Trowulan menjadi pusat bangunan kerajaan. Kalau Trowulan jadi pusat kota Majapahit, berarti dulu sangat ramai ya. Ken penasaran dengan hal ini.

Kini Trowulan menyerupai kota kecil yang sunyi. Jalannya beraspal, seperti kota Jakarta. Area persawahan ada di dekat candi. Kekhasan Trowulan adalah bangunan berdinding bata merah. Perumahan penduduk pun berbata merah, untuk menunjukkan bahwa area itu merupakan bagian dari area bersejarah. Rumah-rumah berbata merah ini merupakan bangunan baru.

Bangunan-bangunan tua ada menyebar di beberapa tempat di Trowulan. Peta kota Trowulan pada masa Majapahit dibuat oleh seorang arkeolog bernama Maclaine Pont pada tahun 1924. Dia membuat peta tidak memakai satelit seperti Google Maps sekarang, namun berdasarkan penjelasan di buku Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca.

Luas situs Trowulan sekitar 9×11 km. Seratus km itu jarak dari sekolah Ken ke Cikampek. Perlu waktu waktu panjang untuk menelusuri seluruh Trowulan.

Jadi kita mesti mulai dari mana? Ken bingung.

#30dwcjilid35

#squad6

#day17

 

Foto Trowulan

Trowulan dulu dan kini.

Peta Trowulan menurut Maclaine Pont

Peta ini ada di buku Majapahit Trowulan (Direktorat Peninggalan Purbakala, 2006). 

Trowulan (1)

Jalan utama di Trowulan beraspal.

Trowulan (2)

Permukiman penduduk, sebagian beraspal.

30 DWC 35 #16

30DWC

#35 – Squad 6

Cerita Sebelumnya:

Ken, siswa kelas 4 SD Swasta di Jakarta Selatan, sedang belajar tentang kerajaan Hindu Buddha. Dia ingin tahu tentang Majapahit. Pertama, karena bekas kerajaan Majapahit ada di Mojokerto. Kota itu dekat rumah kakeknya di Bangil, Jawa Timur.

Kedua, di belakang sekolahnya ada pohon maja yang buahnya pahit. Ken penasaran apakah pohon itu sama dengan asal-usul nama Majapahit.

Sayangnya saat ini Ken tidak bisa bepergian jauh karena pandemi. Namun tidak masalah, karena Ken bisa membuat proyek wisata virtual ke Trowulan.

Bismillah.

#16

Kamis, 3 Maret 2022

Peta Perjalanan

Perjalanan Ken bersifat virtual. Jadi segala aktivitas merupakan hasil riset di internet dan buku. Riset itu artinya melakukan penyelidikan dan pemeriksaan dengan cermat. Dengan adanya riset, perjalanan virtual Ken akan lebih akurat.

Ken melakukan kegiatan ini pada saat libur panjang, karena ada hari libur nasional di hari Senin. Dia punya waktu tiga hari, dimulai hari Jumat malam dan berakhir Senin sore. Ken bersemangat melakukannya!

Ken meminjam laptop mamanya untuk proyek ini. Internet di rumah cukup stabil. Jadi “petualangan” Ken akan lancar.

Langkah pertama yang dilakukan Ken adalah membuat peta. Ken perlu membayangkan sejauh mana perjalanannya dan berapa lama yang diperlukan.

Ken membuka situs Google Maps, dan mengetik Jakarta sebagai titik awal, lalu Surabaya sebagai titik akhir.

Ken terkejut karena perjalanan ke Surabaya perlu waktu tempuh 150 jam.  Dia menghitung 150:24, dan mendapatkan angka 6,25 hari. Pasti ada yang salah, pikir Ken.  Lebaran lalu dia ke rumah kakeknya di Bangil, Jawa Timur, hanya 10 jam dari Jakarta dengan mobil.

Dia mencermati lagi. Oh dia mengklik ikon orang berjalan kaki tadi. Siapa yang kuat berjalan kaki dari Jakarta ke Surabaya?

Ken melakukan simulasi. Dia klik ikon mobil. Jarak tempuh 784 km dan waktu tempuh sembilan jam. Dia coba dengan ikon kereta api. Wah, ini tergantung keretanya. Kereta tercepat perlu waktu sembilan jam.

Bagaimana kalau moda transportasi udara? Dia mengklik ikon bergambar pesawat pada peta.  Muncullah jalur perjalanan baru. Hanya 1 jam 25 menit! Google juga memberikan angka Rp1.067.000.

“Ini angka apa, Ma?” tanyanya.

“Itu biaya tiket pesawat,” kata Mama.

Ken mencoba mengingat tabungan yang diperolehnya saat dikhitan dua bulan berselang.

“Ken punya uang, Ma. Kita naik pesawat ya kalau ke rumah, Kai,” kata Ken.

“Tapi angka itu mesti dikali enam, Ken,” kata Mama, “Kan itu biaya untuk satu kali jalan, per orang.”

Dia bersemangat membuat rencana perjalanan Jakarta-Surabaya-Mojokerto-Trowulan.

“Ken, jangan lupa disimpan gambarnya untuk dicetak dan ditempel di jurnal.

“Siap, Ma,” kata Ken.

Dia menyimpan tiga gambar peta:

1. Jakarta- Surabaya dengan pesawat (ini favoritnya)

2. Surabaya – Mojokerto (dengan mobil)

3. Mojokerto – Museum Majapahit (dengan mobil).

Awal wisata virtual yang seru.

#30dwcjilid35

#squad6

#day16

 

Peta Ken

Ini adalah peta perjalanan Jakarta-Trowulan yang dibuat Ken dari Google Maps.

Peta I

Jakarta – Surabaya dengan pesawat terbang. Jarak tempuh tidak ada. Lama perjalanan 1 jam 25 menit. 

Peta II

Surabaya-Mojokerto dengan mobil. Jarak tempuh 64,5 km. Waktu tempuh 1 jam 11 menit. 

Peta III

Tol Mojokerta – Trowulan dengan mobil. Jarak tempuh16,1 km. Waktu tempuh 26 menit.

30 DWC 35 #15

30DWC

#35 – Squad 6

Pada paruh waktu 30DWC yang kedua,  saya mengubah angle tulisan saya. Ini saya lakukan setelah mendapat saran beberapa kenalan yang mendalami budaya dan arkeologi Jawa/Majapahit. Dari saran itu, saya menulis tentang Trowulan, bukan lagi Gajah Mada.

Saya memakai tokoh seorang anak kelas 4 SD Swasta di Jakarta Selatan bernama Ken.

Bismillah.

#15

Rabu, 2 Maret 2022

Pohon Maja di Belakang Sekolah

Di belakang sekolah Ken ada pohon maja. Pohon itu tidak terurus, namun tumbuh subur. Tentu saja karena pohon itu tumbuh di tepi sungai yang mengalir di belakang sekolah. Jadi dia punya cadangan air minum yang banyak. Matahari pun berlimpah di tempat itu. Ekosistem yang tepat untuk pohon maja.

Yang unik dari maja adalah buahnya. Bentuknya bulat berwarna hijau. Besarnya kira-kira sama dengan kepala Ken. Kulitnya keras seperti batok kelapa. Karena begitu kerasnya, kulit itu dapat dimanfaatkan sebagai gayung. Pak Is, penjaga sekolah, sudah membuat beberapa gayung dari batok maja.

Isi buahnya berwarna putih. Di sekolah, buah maja dipakai untuk penghancur kompos daun bambu. Buah maja punya kemampuan untuk melumat bahan-bahan alami, sehingga sampah organic yang keras dengan cepat dapat hancur.

Tekstur buahnya lembut seperti marshmallow. Tapi rasanya … pahiiiiit.

Maja dan pahit. Majapahit. Kok sama dengan nama kerajaan ya.

Apakah di Majapahit dulu juga banyak pohon maja sehingga diberi nama Majapahit?

Sekolah Ken ada di Jakarta Selatan, di daerah yang masih banyak rimbunan pohon. Apakah Majapahit begitu juga?

Ken ingin pergi ke Trowulan, desa yang menjadi lokasi kerajaan Majapahit. Namun sayangnya dengan kondisi pandemi ini, Ken tidak bisa datang ke sana.

Mama Ken membuatkan virtual tour ke Trowulan untuk Ken.

#30dwcjilid35

#squad6

#day15

30 DWC 35 #14

30DWC

#35 – Squad 6

Well, akhirnya saya mengubah angle tulisan saya. Ini saya lakukan setelah mendapat saran beberapa kenalan yang mendalami budaya dan arkeologi Jawa/Majapahit. Dari saran itu, saya mengubah angle tulisan dari sosok Gajah Mada menjadi Trowulan. 

Jadi paslah di tanggal 1 Maret ini saya membuat rencana baru hingga insya Allah hari ke-30.

Bismillah.

#14

Selasa, 1 Maret 2022

Roadmap Baru

  1. Pohon Maja di Belakang Sekolah (#15);

Bagian ini menjadi pengantar dari keseluruhan cerita, tentang pohon maja yang tumbuh di tepi sungai di belakang sekolah. Pohon itu tumbuh subur sekalipun tidak diurus, karena adanya air yang terus memgalir di bawahnya. Buah pohon itu unik. Kulitnya keras dan dapat dipakai untuk membuat gayung. Buahnya berwarna putih, terasa pahit. Buah itu dipakai untuk penghancur daun-daun bambu yang dijadikan kompos.

Ketika siswa Kelas 4 belajar IPS dengan materi kerajaan Hindu-Buddha, mereka diajak untuk berkunjung secara virtual ke Trowulan, bekas pusat kota Majapahit.

  1. Peta perjalanan (#16)

Dengan Google Maps, siswa diajak melakukan perjalanan darat dari Surabaya ke Mojokerto.

  1. Trowulan (#17)

Selayang pandang tentang Trowulan, ketika baru pertama menjejakkan kaki di sana. Apa yang dilihat. Makanan apa yang disajikan. Bahasa apa yang dipakai. Di mana menginap.

Sumber: Trowulan, Bekas Ibu Kota Majapahit (Drs Djoko, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1983)

  1. Museum Mojokerto (#18)

Sekilas tentang Museum Mojokerto sebagai sumber sejarah Majapahit,

  1. Gapura (#19)

Gapura peninggalan Majapahit.

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Candi (#20)

Candi-Candi yang ada di Trowulan.

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Arca(#21)

Arca-Arca yang ada di Trowulan.

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Prasasti (#22)

Prasasti peninggalan Majapahit.

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Sumber Sejarah Majapahit (#23)

Buku-buku yang jadi pegangan ahli saat menulis sejarah tentang Majapahit.

(Nagarakratagama dan Pararaton)

  1. Sumber Air (#24)

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

Tidak ada Kanal di Majapahit (Aus Aris Munandar, 2013)

  1. Rumah Majapahit (#25)

Bagaimana kehidupan masyarakat di abad ke-14?

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

Tidak ada Kanal di Majapahit (Aus Aris Munandar, 2013)

  1. Peralatan sehari-hari (#26)

Bagaimana alat bermain anak? Bagaimana alat masak? Bagaimana mereka membuat pakaian?

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Raja-Raja Majapahit (#27)

Silsilah raja Majapahit.

Sumber: Majapahit Trowulan (Indonesian Heritage Society, 2006)

  1. Trowulan Kini (#28)

Kehidupan masyarakat Trowulan di abad ke-21, dan efek peninggalan Majapahit dalam hidup mereka.

15.  Pulang ke Rumah (#29)

Penutup kunjungan, dan penyimpulan.

16. Penutup (#30)

Wrap-up dari kegiatan 30DWC.

#30dwcjilid35

#squad6

#day14

30 DWC 35 #13

30DWC

#35 – Squad 6

Bismillah. Saya mengikuti 30DWC dengan tujuan untuk menulis draf teenbio Gajah Mada. 

Saya sudah menulis #1-#10 sebagai cerita berurutan.  

Pada bagian ini saya akan menulis refleksi saya tentang proses penulisan. Refleksi adalah bagian yang berharga dari sebuah proses karena kita bisa belajar banyak dari yang sudah kita jalani. 

#13

Senin. 28 Februari 2022

Bacaan untuk Penulisan Gajah Mada

Jurnal #3

)Ini buku-buku yang saya pakai untuk penulisan Gajah Mada.

Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara 

(Muhammad Yamin, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, Cetakan ke-10)

Ini adalah buku klasik tentang Gajah Mada. Ditulis pertama kali pada tahun 1945. Kelak buku ini menjadi perdebatan tentang siapa sebenarnya Gajah Mada, dan belum ada jawaban hingga saat ini.

Buku ini mengupas tentang hidup Gajah Mada dari lahir hingga wafat tahun 1364, juga tentang naik turunnya Majapahit dari zaman Raden Wijaya hingga setelah Gajah Mada wafat.

 

Gajah Mada, Biografi Politik

(Agus Aris Munandar, Jakarta: Komunitas Bambu, 2010)

Buku ini terbit 50 tahun setelah buku Muhammad Yamin. Kajian ini menawarkan tafsiran baru tentang tokoh Gajah Mada: jati dirinya, perannya di istana, penyebaran kekuasaan Majapahit. Kehidupan keagamaan, dan tragedi Bubat. Seperti halnya semua penulisan Gajah Mada, merupakan hasil tafsiran atas prasasti, benda arkeologis dan karya sastra.

Karena penulis adalah lulusan Fakultas Sastra UI jurusan arkeologi dan kemudian menjadi dosen di almamaternya hingga menjadi guru besar, buku ini mendapat “restu” dari Ketua Departemen Arkeilogi Fakultas Ilmu Budaya Ilmu. Ada kata sambutan yang menunjukkan bahwa tafsiran Agus bisa jadi bahan kajian, walaupun bukab sebuah kebenaran.

 

Tidak ada Kanal di Majapahit

(Agus Aris Munandar, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2013)

Adanya kolam segaran dan jalur-jalur rendah di Trowulan kerap diinterpretasikan sebagai kanal. Menurut Agus Aris Munandar, guru besar arkeologi di Fakultas Ilmu Budaya UI, tafsiran itu tidak benar. Buku ini menarik bagi peminat Trowulan/Majapahit. Kita akan dibukakan pada sebuah tafsiran tentang kondisi tafsiran pada abad ke-14.

 

Pararaton

(Pitono Hardjowardojo, Malang: Bhratara, 1965)

 Buku kuno dengan kertas berwarna abu-abu dan ditulis dalam ejaan lama. Buku ini nerupakan terjemahan dari buku Pararaton karya Empu Prapanca yang memakai Bahasa Jawa kuno. Buku ini berkisah tentang raja-raja dari masa Ken Angrok hingga sesudah Hayam Wuruk.

 

Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit)

(Slamet Muljana, Yogyakarta: LKiS, 2012. Cetakan ke-5)

Di dalam buku ini kit akan membaca tentang Prapanca dan karyanya, Nagarakretagam, yang jadi acuan penulisan tentang Majapahit saat ini. Di dalam buku itu juga ada susunan pemerintahan Majapahit.

Slamet Muljana (1921-1986) adalah guru besar arkeologi dari Universitas Gajah Mada.

 

Nagara Kretagama

(Slamet Muljana, Yogyakarta: LKiS, 2011. Cetakan ke-5)

Nagara Kretagama terdiri dari 98 pupuh. Pupuh 1 sampai 7 menguraikan raja dan keluarganya. Pupuh 7 sampai 16 menguraikan kota dan wilayah Majapahit. Pupuh 17 sampai 39 tentang perjalanan perjalanan keliling Lumajang. Pupuh 4- sampai 49 tentang silsilah raja Hayam Wuruk. Pupuh selanjutnya tentang perjalanan Hayam Wuruk.

Jadi, kalau mau menulis tentan Majapahit, mengaculah pada buku ini, yang merupakan terjelahan dari Bahasa Jawa kuno.

 

 

30 DWC 35 #12

30DWC

#35 – Squad 6

Bismillah. Saya mengikuti 30DWC dengan tujuan untuk menulis draf teenbio Gajah Mada. 

Saya sudah menulis #1-#10 sebagai cerita berurutan.  

Pada bagian ini saya akan menulis refleksi saya tentang proses penulisan. Refleksi adalah bagian yang berharga dari sebuah proses karena kita bisa belajar banyak dari yang sudah kita jalani. 

#12

Minggu. 27 Februari 2022

Hidup Kadang perlu Berbelok

Jurnal #2

Hidup itu sebuah proses, begitu juga menulis. Sesuatu yang sudah kita rencanakan bisa berkembang. Bukan berubah ya, tapi berkembang. Artinya, kita tidak keluar dari jalur yang sudah kita bangun. Namun jalur itu merupakan upaya untuk membuat kita mendalami sesuatu hal dengan lebih baik.

Kemarin saya mengatakan bahwa saya belum akan melanjutkan penulisan tentang Gajah Mada sampai saya menemukan literatur dari perpustakaan UI. Nah hari ini saya kembali berbincang dengan sahabat saya yang suaminya peneliti budaya. Perbincangan itu betul-betul “daging” istilah anak sekarang. Artinya, sangat bermanfaat dan saya jadikan pijakan untuk langkah penulisan berikutnya.

Sahabat saya, sebut saja namanya Anna, menjadi perantara antara saya dan suaminya, di tengah kesibukan suaminya menyiapkan pertemuan daring tentang Borobudur dengan peneliti Jepang.

Anna mengatakan bahwa malam sebelumnya dia mengobrol dengan Kunto, suaminya, tentang Gajah Mada. Dari percakapan itu saya menangkap bahwa sebaiknya saya tidak menulis tokoh Gajah Mada, karena kontroversial.

Sungguhkah Gajah Mada ada? Apakah bukan tidak tidak mungkin penokohannya dibangun karena Indonesia perlu sosok kuat untuk jadi panutan.

Karena masih menjadi kontroversi, Mas Kunto menyarankan agar saya menulis tentang masyarakat Trowulan saja. Got it! Cocok sekali dengan instruksi Kurikulum 2013 Kelas 4 SD untuk pembelajaran IPS materi kerajaan Hindu Buddha:

3.3 Mengidentifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat, serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini

Kurikulum cukup berhati-hati dengan hanya menyebutkan kerajaannya, bukan sosok. Nah, saya pikir angle sosok bisa lebih mudah dipahami anak, Namun mengingat, hambatan di lapangan, saya mesti berbelok.

Ya, saya akan memakai kacamata sederhana, seorang guru yang datang ke Trowulan untuk mencari bahan belajar bagi muridnya tentang kerajaan Hindu Buddha. Penyebutan Gajah Mada hanya saya kaitkan dengan Negarakretagama.

Bismillah. Go.

 

 

× Hubungi saya