Lansia dan Digital

Lansia dan Digital

Lansia dan Digital

Lansia -Sebelum pandemi Bu De Emma, kakak sulung saya yang berumur 71 tahun, selalu ke BRI untuk mengambil pensiun. Ketika pandemi, datang kebijakan bahwa pengambilan pensiun bisa dilakukan di ATM, untuk mengurangi adanya kontak antara lansia dengan petugas bank. Bu De Emma disarankan memakai M-Banking agar bisa mendapat notifikasi ketika pensiun masuk.

Nah ini masalahnya. Bu De Emma memakai ponsel jadul, yang hanya bisa bisa dipakai SMS.

Ketika Bu De Emma berulang tahun, adik-adik dan keponakannya pun saweran beli ponsel pintar. Selain untuk perbankan, harapan kami Bu De Emma bisa terhubung dengan grup WA keluarga dan eks teman kantor, serta membeli pulsa lewat M-Banking.

N.E

Setahun setelah Bu De pakai Ponsel Pintar

Hampir setahun setelah kami belikan ponsel pintar, Bu De Emma tetap tidak punya M-Banking. Dia tetap tidak ikut grup WA manapun, dan tetap pergi ke kios pulsa bila pulsanya habis. Bu De Emma merasa tidak perlu naik kelas dalam literasi digital. Kalau mau ambil pensiun, dia ke ATM. Kalau  kangen adik-adiknya, dia menelepon.

Menurut penelitian Riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2020 jumlah pengguna internet usia lansia adalah 8,3% dari sampel. Menurut BPS, persentase penduduk lansia Indonesia di tahun 2020 adalah 11,44% dari total penduduk.

Tahun ini, tema Hari Lansia Internasional, 1 Oktober, adalah Kesetaraan Digital. Tujuan dari tema itu adalah untuk meningkatkan kesehatan mental para lansia dengan mengajak mereka melek digital. Diasumsikan lansia akan lebih berbahagia, karena tidak tersisihkan dari pergerakan dunia yang mengarah ke digitalisasi.

Sekalipun PBB sudah mencanangkan tahun 2021 adalah tahun untuk kesetaraan digital, sepertinya Indonesia belum mencanangkan ke sana. Di situs https://www.kominfo.go.id/ tidak ada pembahasan tentang lansia dan digitalisasi. Buku-buku literasi digital yang ada di situs siberkreasi.id lebih untuk keluarga dan anak. Program literasi digital nasional yang diluncurkan Presiden jokowi pada bulan Mei 2021 juga lebih mengarah ke generasi muda.

Ya, pastinya di masa pandemi ada yang lebih jadi prioritas dalam edukasi digital, yaitu generasi muda. Anak-anak dan remaja lebih membutuhkan percepatan edukasi dalam menggunakan internet, dan mendapatkan kemudahan akses juga agar bisa belajar.

Lagi pula jumlah lansia “hanya” 11,4% dari jumlah penduduk Indonesia. Di masa pandemi, kesehatan fisik lansia pasti lebih diutamakan daripada kecerdasan digital.

Sungguhkah demikian? Berdasarkan strategi kesetaraan digital untuk lansia yang dilansir oleh UNECE (United Nations Economic Commission for Europe), saya melakukan terawangan bagaimana bila strategi itu diterapkan di Indonesia. Saya melakukan riset kecil di kalangan teman-teman dan saudara.

PBB pun Sayang Lansia

Apa strategi digital PBB melalui UNECE? Bagaimana bila diterapkan di Indonesia? Saya sebagai nenek yang alhamdulillah agak digitally savvy bersyukur generasi kami mendapat perhatian dari PBB. 

Di bawah ini adalah poin-pon yang tertuang dalam UNECE, dan situasi yang saya temui di lapangan.

^

Lansia perlu akses yang setara

Strategi digital dilakukan agar ada akses yang setara terhadap layanan yang melibatkan teknologi digital.

Saya bertanya kepada Amira, seorang teman yang mempunyai ibu sepuh berusia 78 tahun tentang layanan yang digunakan ibunya. “Ibuk bisa buka aplikasi M-Banking, tapi hanya untuk cek saldo. Kalau transfer aku larang supaya tidak terjadi salah pencet,” kata Amira. Wah, cukup canggih ya dibanding dengan Bu De Emma yang tidak memanfaatkan ponsel pintarnya untuk mengecek pensiun bulanan, ataupun membeli pulsa dan bayar listrik.

^

Lansia perlu belajar dengan nyaman

Peningkatan literasi digital dilakukan untuk mengurangi kesenjangan digital dengan memberikan pelatihan yang aman dan nyaman.

Amira bercerita lagi bahwa dia membimbing dan mendampingi ibunya dalam menggunakan ponsel yang bermerek S. “Ibu bisa WA-an, video call, voice note, motret, rekam video, serta hapus foto dan video. Beberapa tahun terakhir, malah kuajari cari info via Googling,” kata Amira. Jujur saya malu kepada Amira. Saya akui bahwa kami keluarga besar tidak bisa rutin mendampingi Bu De Emma yang hidup melajang. Pantas kan bisa Bu De Emma tidak meningkat kemahiran digitalnya.  Saya juga iri pada Singapura yang punya program Seniors Go Digital (https://www.imda.gov.sg/en/seniorsgodigital). Program semacam itu dapat menolong orang seperti Bu De Emma yang tidak mempunyai caregiver

^

Lansia perlu teknologi agar hidup lebih nyaman

Peningkatan potensi teknologi digital dilakukan untuk mendukung kesehatan fisik dan mental lansia.

Di masa pandemi bukan hanya kesehatan fisik yang perlu dijaga, tetapi juga kesehatan mental. Bagi lansia sepuh seperti ibu Amira, melakukan video call dapat membuat dia terhubung dengan anak dan cucu yang tinggal berjauhan. Teman saya yang lain, Indra, juga membantu ibunya melakukan video call dengan meminjamkan HP-nya. Bu De Emma menghubungi kami lewat telepon, dan dia mengatasi kesepiannya dengan berjalan pagi dan membeli sarapan, yang sebetulnya berbahaya untuk dilakukan di masa pandemi. Hilangnya aktivitas ke bank sebetulnya mengurangi kesempatan Bu De bertemu dengan orang lain. Menurut Amira, ketika masih diperbolehkan megambil uang pensiun ke bank, ibunya selalu bersemangat. Di sana ibunya akan bertemu dengan teman-teman sesama pensiunan, dan kemudian mereka jajan bareng usai urusan kelar.

Jadi ...

Literasi digital untuk lansia memang bukan masalah prioritas. Namun kalau mereka mendapat bimbingan dengan nyaman, akan banyak hal positif yang diperoleh.

     

    Versi Lain dari Tulisan Ini

    Tulisan ini saya kirim ke Detik.com menjelang Hari Lansia 1 Oktober 2021, namun ditolak.

    Lalu saya buat versi baru dengan sudut pandang usia menantu saya (30-an), dan saya kirim ke Rahma.id. Silakan klik di sini

    Tulisan dimuat 19 Oktober 2021, dan jumlah viewers pada 9 September 2022 mencapai angka 436. 

       

      lansia

      “Narasi Nenek” yang Lain

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital: Penulis yang seorang nenek mengemukakan perlunya literasi digital untuk para lansia agar kelompok ini hidup lebih nyaman.

      read more
      Akikah di Era Digital

      Akikah di Era Digital

      Akikah di era digital: Pengalaman seorang nenek dalam melaksanakan akikah cucunya. Teknologi sangat membantu dalam perencanaan.

      read more

      Web Narasi N.EWS

      Menulis Narasi dengan Renyah & Lincah

       

      Pengisi Konten: Endah WS

      Page Builder: Divi/Elegant Themes

      Layout Pack: Writer

      Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

       

       

      N.EWS

      Akikah di Era Digital

      Akikah di Era Digital

      Akikah di Era Digital

      Akikah di era digital – Ketika Al, cucu pertama dalam keluarga, lahir di tahun 2021, kami pun memikirkan kapan mengadakan akikah. Hukum akikah adalah sunnah muakad, atau sunnah yang diutamakan. Rasanya masih ada utang ketika anak belum diakikahkan.

      Mengingat kondisi ibu dan bayi yang masih beradaptasi, kami berpikir saat yang tepat adalah setelah puputan (tali pusar lepas). Bila tali pusar belum lepas, kami belum nyaman mengadakan sebuah acara. Alhamdulillah puputan terjadi di hari ke-7 sehingga kami pun bisa merancang sebuah acara, dan menyepakati  sebuah tanggal.

      Kami memiliki kambing di kampung, tetapi ribetlah kalau membawanya ke Jakarta. Belum lagi mencari tukang potong dan tukang masak. Mengolah kambing itu susah, apalagi untuk saya yang tidak hobi memasak. Mengirim dalam bentuk mentah pun tidak pantas. Dalam dalil akikah ada anjuran untuk tidak membagikan daging mentah, dan pengantaran masakan akikah pun harus dengan nampan, artinya dengan cara yang indah. Kira-kira kalau diganti dengan boks, akan samalah indahnya.

      N-EWS

      Akikah Dirancang Lewat HP

      Untunglah di zaman serba cepat ini segala sesuatu bisa dilakukan lewat benda pintar bernama HP. Melalui WA saya bertanya kepada tetangga di mana jasa katering akikah yang bagus dekat rumah. Dia menyebutkan sebuah nama berinsial M. Oh ya, saya ingat … kami sudah sering mendapat kiriman boks akikah berlogo M bila tetangga menyelenggarakan akikah. Saya ingat satai dan gulainya tidak prengus, terutama bagi lidah yang tidak bersahabat dengan rasa kambing.

      Namun tetangga saya tidak tahu nomor telepon M. Oh gampang … jari-jari saya segera bertanya kepada Eyang Gugel. Eyang mengarahkan saya ke website jasa layanan itu. Canggih juga jasa layanan M. Ada penjelasan hukum, testimoni dan data statistik. Tertera ada 17.000 kambing yang telah dipotong, dan ada 10.000 pesanan. Tak perlu lagi pindah ke lain hati! M menyediakan kambing, lauk matang berupa satai dan gulai serta sop, dan paket boks sesuai pesanan kami.

      Website itu juga terhubung dengan akun WhatsApp pengelola. Petugas Admin pun mengirim daftar berbagai ukuran kambing dan harga. Karena Al lelaki, kambing yang dipotong dua ekor. Kami memilih seekor kambing  besar dan seekor kambing kecil, lalu melakukan transfer dan tinggal menunggu hari untuk pemotongan.

      Ya, semuanya bisa dilakukan lewat HP. Tetapi … tidak demikian ketika menyangkut peribadatan. Akikah adalah bentuk komunikasi kepada Allah, karena itu ayah si bayi sendiri harus mengucapkan doa syukur atas lahirnya seorang anak saat penyembelihan. Prosesi itu sakral dan tidak afdol bila diwakilkan atau si ayah hanya mengirim rekaman voice note di WA dengan alasan sibuk.

      Akikah di Era Digital

      Pada Hari Pemotongan Kambing Akikah

      Pada hari pemotongan, kami terkejut karena salah satu kambing yang kami pilih ternyata kecil. Ya, ini kesalahan mendasar. Kami terlalu menggampangkan. Seharusnya kami datang dan melihat sendiri kambing yang akan dipotong, tidak memilih  berdasarkan daftar harga. Kami pun menukar kambing yang kecil dengan yang besar. 

       

      Sayang sekali saya tidak dapat melanjutkan tulisan ini di sini karena sudah dimuat di media daring Rahma.id. Silakan baca kelanjutan serunya di sini.

      Akikah di Era Digital

      Tata Laksana Akikah

      Akikah di Era Digital

      Memotong dua ekor kambing (untuk bayi lelaki)

      Akikah di Era Digital

      Pemotongan kambing dilakukan ayah bayi

      Akikah di Era Digital

      Mengundang orang terdekat

      Akikah di Era Digital

      Sebaiknya hari ke-7, kata Ustad

      Foto-foto oleh Tri Marsiawati

      Narasi Nenek yang Lain

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital: Penulis yang seorang nenek mengemukakan perlunya literasi digital untuk para lansia agar kelompok ini hidup lebih nyaman.

      read more
      Akikah di Era Digital

      Akikah di Era Digital

      Akikah di era digital: Pengalaman seorang nenek dalam melaksanakan akikah cucunya. Teknologi sangat membantu dalam perencanaan.

      read more

      Web Narasi N-EWS

      Menulis Narasi dengan Renyah & Lincah

       

      Pengisi Konten: Endah WS

      Page Builder: Divi/Elegant Themes

      Layout Pack: Writer

      Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

       

       

      N-EWS

      Biarkan Anak Memilih Namanya Sendiri

      Biarkan Anak Memilih Namanya Sendiri

      Biarkan Anak Memilih Namanya Sendiri

      Biarkan Anak Memilih Namanya – Rangga Madhipa Sutra Jiwa Cordosega Akre Askala Mughal Ilkhanat Akbar Sahara Pi-Tharig Ziyad Syafiudin Quthuz Khoshala Sura Talenta.

      Ini nama seorang anak, bukan gabungan 18 anak dalam satu kelas.  Panggilannya Rangga. Dia lahir di Tuban 6 Januari 2019. Sebentar lagi Rangga akan berusia tiga tahun, tapi dia belum punya akta kelahiran. Pasalnya, namanya terlalu panjang, dan tidak muat untuk ditulis di akta. Orang tua Rangga keberatan dengan saran Dukcapil agar nama lengkap putra mereka dipangkas. Karena selalu mendapat kesulitan, orang tuanya akan melapor ke Pak Jokowi. Wah urusan  pribadi sampai ke Presiden ya.

      N.E

      Nama Terpanjang di Dunia

      Nama Rangga belum apa-apa dibanding dengan Hubert yang tercatat sebagai manusia dengan nama terpanjang di Guinness of Record. Nama lengkap Rangga “hanya” 18 kata dan 131 karakter, sedangkan Hubert meliputi 28 kata dan 747 karakter. Inilah nama Hubert:

      Adolph Blaine Charles David Earl Frederick Gerald Hubert Irvin John Kenneth Lloyd Martin Nero Oliver Paul Quincy Randolph Sherman Thomas Uncas Victor William Xerxes Yancy Zeus Wolfeschlegelsteinhausenbergerdorffwelchevoralternwarengewissenhaftschaferswessenschafewarenwohlgepflegeundsorgfaltigkeitbeschutzenvonangreifendurchihrraubgierigfeindewelchevoralternzwolftausendjahresvorandieerscheinenvanderersteerdemenschderraumschiffgebrauchlichtalsseinursprungvonkraftgestartseinlangefahrthinzwischensternartigraumaufdersuchenachdiesternwelchegehabtbewohnbarplanetenkreisedrehensichundwohinderneurassevonverstandigmenschlichkeitkonntefortpflanzenundsicherfreuenanlebenslanglichfreudeundruhemitnichteinfurchtvorangreifenvonandererintelligentgeschopfsvonhinzwischensternartigraum.

      Hubert, warga Philadelphia kelahiran Jerman, memendekkan namanya menjadi Wolfe­schlegel­stein­hausen­berger­dorff untuk pengurusan kartu jaminan sosial dan asuransi.

      Bagaimana dengan Rangga?

      Katakanlah nama lengkap Rangga disetujui oleh Dukcapil karena ada campur tangan Pak Jo.

      Rangga akan masuk sekolah dengan menyandang nama lengkapnya, dan akan menyadari perbedaan dirinya dengan temannya. Saat guru membacakan namanya, dia akan mendapatkan jatah waktu lebih panjang daripada teman-temannya. Rangga akan jadi pusat perhatian di kelas. 

      Baca kelanjutannya di sini ya.

      Biarkan Anak Memilih Nama

      “Narasi Nenek” yang Lain

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital

      Lansia dan Digital: Penulis yang seorang nenek mengemukakan perlunya literasi digital untuk para lansia agar kelompok ini hidup lebih nyaman.

      read more
      Akikah di Era Digital

      Akikah di Era Digital

      Akikah di era digital: Pengalaman seorang nenek dalam melaksanakan akikah cucunya. Teknologi sangat membantu dalam perencanaan.

      read more

      Web Narasi N.EWS

      Menulis Narasi dengan Renyah & Lincah

       

      Pengisi Konten: Endah WS

      Page Builder: Divi/Elegant Themes

      Layout Pack: Writer

      Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

       

       

      N.EWS

      × Hubungi saya