Trowulan untuk Anak #29
Trowulan untuk Anak
Tantangan Menulis 30 Hari, #29
Muhammad Yamin
Trowulan untuk Anak #29 – Trowulan adalah sebuah desa di Mojokerto, Jawa Timur. Desa itu menjadi penting diketahui anak Indonesia karena menjadi lokasi berdirinya kerajaan Majapahit.
Tema Trowulan saya pakai untuk tantangan menulis 30 hari bersama komunitas menulis30DWC.
Audiens yang saya tuju adalah siswa kelas 4-6 karena di tahap itu mereka belajar tentang Kerajaan Hindu Buddha dan Islam.
Khusus di hari ke-29 saya menulis tentang Mohammad Yamin, sosok di balik berbagai kontroversi pada awal kelahiran bangsa ini, termasuk kontroversi tentang Gajah Mada.
Saya pribadi mengagumi Mohammad Yamin, sebagai sosok berani, cerdas dan super influencer pada masanya.
#29
Rabu, 16 Maret 2022
#AskYamin: Apakah Bangsa Kita Sudah Sembuh?
(Wawancara Imajiner)
Saya (S): Pak Yamin, apakah bangsa kita sudah sembuh?
Mohammad Yamin (MY): Pertanyaan Anda terlalu luas. Coba lebih spesifik.
S: Baik …. Baik, Pak Yamin. Mohon maaf.
MY: Anda orang Jawa, ya. Senangnya minta maaf.
S: Bapak paham sifat orang Jawa.
MY: Saya tidak memahami sifat suatu suku, tapi saya berminat pada budaya. Sudah, sekarang apa pertanyaan Anda. Ingat, jangan mengajukan pertanyaan yang membuat Anda sulit. Misalnya, mengaitkan dengan pemerintah sekarang. Selain saya tidak tahu, Anda juga bisa dijerat UU ITE.
S: Baik …. Baik, Pak Yamin. Saya mohon maaf.
MY: Sekali lagi Anda minta maaf, kita tidak usah lanjutkan. Anda bukan abdi dalem, dan saya bukan raja.
S: Baik …. Baik, Pak. Kalau begitu saya tanya, mengapa dulu dalam rapat BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Bapak menolak sistem pemerintahan monarki. Apakah ini bukan berarti Bapak menolak sejarah?
MY: Anda ini bagaimana. Proklamasi kan kehendak rakyat, bukan hadiah dari penjajah, jadi bentuk negara yang tepat ya yang mencerminkan aspirasi rakyat. Kalau negara kita jadi monarki, siapa yang akan jadi raja? Orang Palembang mau diperintah oleh orang Jawa? Atau orang Jawa mau dalam perintah kerajaan Kutai? Jadi, ya hanya bentuk republik yang cocok. Pemerintahan berbentuk republik fair untuk semua. Pembagian kekuasaan antara pemerintah dengan rakyat dapat dimusyawarahkan. Ini juga sesuai kan dengan daulat rakyat di UUD 1945 Pasal 1 ayat 2.
S: Pak Yamin, oke tentang republik, namun mengapa Bapak menolak bentuk negara federasi? Banyak negara-negara besar yang sukses dengan bentuk federasi.
MY: Saya tidak mau berkomentar tentang negara lain, tapi hanya akan membahas negara kita saja. Anda tahu kan kekayaan alam dan sebaran penduduk Indonesia tidak merata. Nah, jawablah sendiri.
S: Pak Yamin waktu itu sudah bisa melihat tentang sentralisasi ya. Sekalipun berbentuk republik, Pak Yamin tidak setuju pada hubungan serba pusat.
MY: Ya itulah, Dik. Saya terlalu banyak membaca buku sejarah. Saya seperti batu dalam ketapel. Dibawa mundur untuk melesat ke depan.
S: Pak Yamin , maaf. Ini pertanyaan terakhir. Banyak yang menggugat tulisan Bapak tentang Gajah Mada. Bagaimana pendapat, Bapak?
MY: Baguslah ini pertanyaan terakhir. Saya sudah bilang bahwa saya tidak mau bicara lagi dengan Anda bila Anda minta maaf. Kita kembali ke pertanyaan Anda. Tidak penting soal sahih tidaknya, tapi yang penting adalah gagasannya. Tokh dari buku tidak sahih itu sudah lahir anak-cucu-cicit berupa jurnal-jurnal ilmiah dan tulisan peneliti-peneliti di bidang arkeologi. Hakikat ilmu sudah berjalan.
S: Satuuuuu lagi, Pak. Ketika Bapak menjadi Menteri Pengajaran, Penddikan dan Kebudayaan di tahun 1950-an, Bapak banyak menulis. Bagaimana Bapak melihat kemampuan literasi para pejabat kita sekarang?
MY: Anda tidak perlu membawa-bawa nama orang lain. Tanyalah kepada diri sendiri sudah menulis apa untuk kemajuan bangsa ini.
S: Terima kasih, Pak Yamin. Lopyupul.
Pak Yamin menghilang.
#30dwcjilid35
#squad6
#day29