Kala Mega Mendung di Resto Biru

Kala Mega Mendung di Resto Biru

Kala mega mendung di resto biru adalah suasana ketika kami –sekelompok teman kuliah seangkatan dan sejurusan– makan siang bersama di Nur Corner, Jalan Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Cukup deg-degan awalnya, karena kami belum melakukan reservasi, padahal jumlah kami cukup besar, tujuh orang. Saya datang terlebih dahulu di antara teman-teman, dan sempat galau ketika pelayan mengatakan semua meja sudah terisi.

Pada pembahasan di grup WhatsApp terlontar untuk mencari tempat lain. Namun pada jam makan seperti  itu kemungkinan besar semua restoran juga penuh. Akhirnya diputuskan untuk sabar menunggu tamu lain pulang. Saya pribadi ingin tahu, seperti apa sih restoran Ibu Nurasia Uno, yang pernah mengaku tidak bisa memasak di unggahan Instagramnya.

Biru Putih

Pada website nurcorner.com, terlihat dominasi nuansa biru pada restoran itu. Biru menyiratkan kedamaian, keluasan, serta alam yang dingin, tinggi dan dalam, seperti laut dan langit. Saya berpikir, unik juga resto yang mengusung produk lokal memilih biru sebagai company color. 

Biru juga mengandung unsur kelabu. Itulah yang saya rasakan ketika tiba di Nur Corner. Saat itu hujan deras, dan kemacetan di Jalan Antasari membuat waktu tempuh lebih panjang. Saya datang bersamaan dengan tamu-tamu lain yang ingin makan siang. Padahal belum seorang pun di antara kami yang melakukan reservasi.

Galaunya perasaan saya mungkin sama dengan hiruk-pikuk kendaraan yang datang dan pergi di jalanan depan restoran. Halaman restoran tidak seluas yang saya bayangkan. Pagar dibuat menjorok ke dalam dan bagian luar dipakai untuk area parkir. Namun mobil pengunjung lebih banyak daripada daya tampung parkiran.

Wah ini berarti … kemungkinan mendapatkan meja semakin tipis. Ya, betul. Pramusaji lelaki yang masih belia mengatakan tidak ada meja untuk tujuh orang.

Saya pun berdiri menatap hujan, mobil yang datang pergi, dan orang yang keluar masuk. Sungguh lengkap haru biru saya.

Saya layangkan pandang ke sekeliling, dan akhirnya mafhum mengapa resto ini bernuansa biru. Batik mega mendung cirebonan tersebar di mana-mana. Para pramusaji mengenakan seragam dengan motif batik mega mendung. Di meja tamu-tamu tersaji buku menu dengan elemen mega mendung. Begitu juga dengan pembungkus sendok.

Sepertinya, busana Bu Nur Asia Uno juga banyak yang bermotif mega mendung, terutama sejak Pak Sandi menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Mungkin motif ini bermakna khusus untuk Bu Nur.

Dengan mengamati sekeliling resto, saya dapat mengalihkan perasaan biru kelam menjadi biru yang tenang  Mungkin juga karena saya sudah tenang, energi positif pun datang. Kami dipersilakan ke suatu sudut oleh seorang pramusaji. Tepatnya, Betsy, salah satu teman kuliah saya, berhasil mendapatkan satu sudut tempat duduk untuk bertujuh.

Bersih

Kesan bersih terasa karena penggunaan warna putih pada hampir semua bagian bangunan. Pagar, dInding, kusen dan pintu berwarna putih, dengan sedikit sentuhan biru. Furnitur juga ada yang bernuansa putih biru. Sofa yang kami duduki berwarna biru, menempel pada dinding putih yang dihiasi lukisan bunga minimalis.

Saya suka musalanya yang luas, mungkin dulunya master bedroom. Ruang salat ini bernuansa krem. Ada permadani besar yang hampir menutup seluruh  lantai. Pada bagian yang tidak tertutupi permadani, ada runner rug. Saya menduga rug ini adalah milik pribadi Bu Nur.

Di depan area musala ada wastafel biru dengan anggrek bulan putih. Saya mendapati petugas bapak-bapak berkali-kali mengelap area itu.

Sudut yang diperuntukkan bagi kami dilap terlebih dahulu oleh pramusaji, sebelum kami duduk di sana.

Setelah kami menyantap hidangan, pramusaji dengan cepat bertanya apakah piring yang kosong bisa diambil.

 

Ramah

Saya mendapat kesan bahwa Nur Corner adalah resto yang ramah ketika mengirim reservasi di pagi hari. “Mohon maaf sekali untuk reservasi kami maximal H-1 tidak bisa dihari yg sama. Untuk hari H bisa langsung go show saja ibu,” itu jawaban yang saya terima. terkesan ramah karena memberi solusi untuk dijalankan.

Ketika melapor bahwa kami akan menunggu meja kosong, staf Nur Corner pun menerima dengan baik. “Tapi tidak ada tempat menunggu ya, Bu,” kata mereka.

Pramusaji Nur Corner rata-rata masih muda. Mungkin berusia 20-an. Mereka gesit, dan melayani permintaan kami dengan baik dan cepat. Entah itu tambah makanan ataupun memotret. 

Resto Biru

Spicy

Sekarang kita bahas soal hidangannya.

Pramusaji dapat menjelaskan menu dan memberi rekomendasi bila kita tanya. Misalnya, ketika saya tanya minuman signatur di resto itu, pramusaji menunjukkan gambar Teh Nur Coner. “Teh pakai pandan,” katanya.

Karena lapar, saya pesan menu nasi. Saya tertarik pada Nasi Campur Bali. Di foto terlihat piring putih ditataki daun pisang. Hidangan yang tersaji adalah nasi putih, satai lilit, telur pindang, ayam,  ayam suwir, dan tumis singkong.

Setelah memesan makanan, saya salat. Ternyata ketika saya kembali, Nasi Bali sudah tersaji. Pesanan teman-teman pun sudah tiba, bahkan Betsy sudah menghabiskan bubur ayam. Penyajian di Nur Cafe ternyata GPL (Gak Pake Lama).

Pelan-pelan tumpeng Nasi Bali saya potong. Saya kunyah dengan telur pindang. Tekstur nasinya pas, dan telur pindangnya enak. Namun lauk yang lain terlalu tajam rasanya untuk saya, baik satai lilit, ayam suwir, maupun singkong tumis. 

“Ya, pastilah itu kan makanan Bali,” kata Anung, yang duduk di sebelah saya. Mungkin juga lidah saya menjadi lebih sensitif terhadap rasa. Saya merasa lebih bisa menerima seandainya ketajaman bumbu diturunkan dua level.

Saya pun “bertualang” mencicipi pesanan teman-teman, kecuali Bubur Ayam, karena sudah habis. Padahal Bubur Ayam ini diklaim terenak se-Asia Tenggara oleh Nur Corner. 

Saya merasa cocok dengan rasa soto Betawi milik Agung. Kuah santannya berbumbu sedang. 

Nasi Goreng Cumi pesanan Nining terlalu asin untuk saya. Nining pun mengatakan begitu, sehingga saya merasa lidah saya punya teman. 

Pelan-pelan saya menghabiskan Nasi Bali saya. Kami mengobrol dan tertawa, sehingga tidak terasa makanan di piring saya habis juga. 

Hujan reda. Makanan dan minuman habis. Kami pun berpisah. Saya melintasi lagi halaman yang basah, dan kursi biru di halaman. 

Hidangan di Nur Corner tidak sebiru lambangnya. Artinya, rasa yang dihadirkan pada beberapa sajian kurang “tenang”, alias terlalu spicy. Mungkin juga lidah saya yang ingin ketenangan. 

 

Berapa Rp?

(Sebagian Pesanan Kami)

Resto Biru
Makanan Kecil
  • Biterbalen Rp37.000
  • Singkong Keju Rp35.000
Resto Biru
Hidangan Utama
  • Soto Betawi Rp55.000
  • Nasi Campur Bali Rp90.000
  • Nasi Goreng Cumi Hitam Rp75.000
Resto Biru
Minuman
  • Teh Hangat Rp15.000
  • Nur Corner Tea Rp Rp35.000
  • Air Mineral Rp15.000
  • Americano Rp40.000

Kala Mega Mendung di Resto Biru

Pengisi Konten: Endah WS

Page Builder: Divi/Elegant Themes

Layout Pack: Food Bank

Font: Lora (Heading)/Default (Body Text)

Foto: Endah

Images:

Canva (@Sastramegaimages, Paramore, Satria, Marx Fidel)

 

Penjual Kerak Telor, Pelestari Tradisi Betawi

Penjual Kerak Telor, Pelestari Tradisi Betawi

NE

Penjual Kerak Telor

Penjaga Tradisi Betawi

Tukang kerak telor

Bang Awi

Tukang kerak telor

Bang Uki

 

Penjual kerak telor di Setu Babakan, Bang Awi dan Bang Uki,

berdagang penganan lokal dengan resep yang hidup di dalam keluarga.

Ini obrolan saya dengan kedua penjual kerak telor itu

Ngikut Babe ame Engkong

Tukang Kerak telor adalah pelestari tradisi Betawi dengan menjalankan usaha yang telah dirintis generasi terdahulu di keluarga.

Saya menemui dua penjual kerak telor di Cagar Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan. Mereka adalah Bang Uki atau Marzuki (punya nama alias Sikoy), dan Bang Awi atau Nahrowi. Mereka berdua mendapatkan resep kerak telor masing-masing dari bapak dan kakek. Karena merupakan usaha keluarga maka kerak telor mereka betul-betul lahir dari budaya Betawi. “Sebagian besar pedagang kerak telor di Setu Babakan bukan orang Betawi,” kata Bang Uki.

Bang Awi dan Bang Uki sama-sama lahir dan bersekolah di daerah Buncit, Jakarta Selatan. Keduanya masuk madrasah (setingkat SD), lalu tsanawiyah (setingkat SMP). Begitu lulus SMP, keduanya bersekolah di Perguruan 28 Oktober 1928, tetapi beda angkatan dan jurusan. Bang Awi masuk SMEA, sedangkan Bang Uki bersekolah di SMA. Usia mereka terpaut tujuh tahun sehingga dulu tidak saling mengenal.

Catatan Perjalanan

Jualan di Jakarta Fair

Kerak telor adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kedua penjual kerak telor ini. Bang Awi melihat Engkong (Kakek) membuat kerak telor dan menjual, sedangkan Bang Uki mengenal kerak telor dari ayahnya. Namun mereka punya pengalaman yang sama, yaitu ikut berjualan di Jakarta Fair di Monas.

Begitu lulus sekolah, mereka tidak langsung menjadi penjual kerak telor. Bang Awi pernah bekerja di studio pemrosesan foto selama empat tahun. Dia berhenti karena studio itu terbakar. Setelah menganggur dan sempat “jadi anak bandel”, dia akhirnya berdagang kerak telor di Kemayoran. Di sana dia bertemu calon istrinya, seorang pegawai (SPG) di toko dekat dia mangkal.

Bang Uki pernah bekerja serabutan, sebelum akhirnya ikut menekuni  usaha orang tuanya.

Tukang Kerak Telor
Catatan Perjalanan

Tempatnye adem

Begitu menikah, dia memboyong istrinya ke Setu Babakan. Semula mereka mengontrak, lalu membangun rumah di tanah warisan istrinya. Kini lokasi tempat tinggalnya disebut Setu Lama, yaitu kawasan cagar budaya yang pertama dibangun.

Bang Awi senang di Setu Babakan, karena adem.

“Peluang usaha jadi tukang kerak telor sangat bagus sejak pemerintah bikin Setu Babakan jadi cagar budaya Betawi,” kata Bang Uki.

Kalau Bang Awi berjualan di gerobak dekat loket perahu bebek, Bang Uki membuka warung sekaligus tempat tinggal. Tempat itu dibanggakannya sebagai tempat yang nyaman untuk kumpul-kumpul dan arisan. Ada tempat lesehan, ada kursi-kursi bambu. Ada fasilitas karaoke juga.

Tukang kerak telor
Catatan Perjalanan

Rahasia jualan laku

Menurut keduanya, keistimewaan masakan mereka adalah karena persiapan dilakukan sendiri. Mereka ke pasar membeli kelapa, bawang dan ebi. Mereka juga menyangrai serundeng sendiri. “Kelapanya sih diparut di pasar,” kata Bang Awi. Dia membanggakan bawang gorengnya yang renyah.

“Bisa dijamin kerak telor saya makanan sehat. Nggak ada MSG,” katanya. “Bebas minyak, kecuali bawang goreng yang buat taburan.”

Menurut Bang Uki, keraknya mempunyai rasa dan tekstur terbaik. “Tidak keras biarpun udah dingin,” katanya. “Rasanya sedep karena saya tidak pelit ebi.” Bang Uki pernah jadi juara III Lomba Kerak Telor se-Jakarta Selatan.

Bang Awi juga bangga sebagai penjual kerak telor yang berdarah Betawi. “Sekarang banyak orang dari suku lain yang ikut-ikut jualan,” katanya.

Tukang Kerak Telor
Catatan Perjalanan

Sape nyang nerusin?

Bang Awi ingin anaknya kuliah. Dia sudah menyediakan tanah di Cibitung untuk keperluan biaya kuliah anaknya. “Jangan kayak bapaknya,” katanya.

Menurut Bang Awi, anaknya yang baru berumur 10 tahun senang makan kerak telor, dan kalau tidak bersekolah ikut menemani ayahnya berdagang.

Bang Uki mengatakan anak pertama dan keduanya perempuan, sudah menikah. Anak ketiganya masih SMA. Senang membantu-bantu dia. Tapi belum tahu nanti bagaimana.

Semoga makanan tradisional ini terus bertahan segala zaman!

Tukang Kerak Telor

Harga

Per loyang (diameter 20 cm)

  • Kerak telor dari telur ayam = Rp20.000
  • Kerak telor dari telur bebek = Rp25.000

Alamat Mangkal

  • Bang Awi: Mangkal depan loket perahu bebek Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
  • Bang Uki/Sikoy/Toyib: Jl Setu Babakan 87 A, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

Website

Setu Babakan Betawi 

Catatan: Tulisan ini diunggah kembali dari artikel yang saya buat pada Desember 2019, jadi kemungkinan ada perubahan data.

Baca Juga

Gabus Pucung & Sayur Besan

Gabus Pucung & Sayur Besan

Mencicipi gabus pucung dan sayur terubuk, dua makanan tradisional yang sudah langka di Jakarta. Ada di restoran Dapur Betawi di Cinere, Depok.

read more
Lupakan Diet di Bakerzin

Lupakan Diet di Bakerzin

Restoran Bakerzin memberikan sajian yang lezat, entah itu selada atau protein, sehingga kita pun lupa akan diet. Sesekali boleh laah.

read more

Tentang Web Narasi

Pengisi Konten: Endah WS

Page Builder: Divi/Elegant Themes

Layout Pack: Writer

Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

N-EWS: Narasi Endah WS

 

N-EWS

Mike Pizza, Kuliner desa Italia

Mike Pizza, Kuliner desa Italia

NE

Mike Pizza, Kuliner dari Desa Italia

Mike Pizza? Kok restoran pizza pakai nama Mike sih? Itu pertanyaan kami ketika makan siang di Mike Pizza Kemang Bahasa Italia itu seperti bahasa Indonesia: antara tulisan dan pengucapan tidak berbeda.

Feeling kami betul. Nama pemilik sekaligus chef di restoran itu adalah Michele Chuozzo (baca: /mikelekuotzo/. Itu penjelasan asisten Pak Mike ketika ditanya oleh Linda, salah seorang dari kami.

Demi mengetahui bahwa restoran itu dibangun oleh seorang pemuda desa  yang belajar membuat pizza dari ibu dan neneknya, kami pun makin yakin bahwa restoran itu tidak hanya menjual makanan, tetapi juga memperkenalkan tradisi  kepada konsumennya. Michele berasal dari desa bergunung Sala Consilina, di Provinsi Salerno, Italia barat daya. Ingat peta Italia yang berbentuk sepatu? Salerno  ada  di lekukan kaki bagian dalam, di pertemuan antara tulang kaki dan telapak.

Kami pun menyantap dengan lahap, di ruangan dengan interior gaya rustic, dengan warna-warni khas Eropa Barat.

 

 

 

Catatan Perjalanan

Yuk menjelajah desa Italia barat daya lewat lidah!

Kami pun menyantap dengan lahap, di ruangan dengan interior gaya rustic, dengan warna-warni khas Eropa Barat.

N

Hmm ... 4 macam keju di Pizza Quattro Formaggi

Hidangan pertama adalah seloyang Pizza Quattro Formaggi. Quattro berarti empat, dan formaggi  berarti keju. Ya, pizza ini mengandung empat macam keju. Di buku menu tidak dijelaskan apa saja jenis kejunya, namun yang utama adalah keju mozarella. Pizza ini merupakan salah satu pizza khas Italia.  Lingkarannya kira-kira berukuran 30 cm, dengan warna kuning mozarella dan diselipi renyahan tomat.  Adanya warna gosong di sebagian tepi menunjukkan pizza ini dipanggang di atas bara, atau setidaknya oven pizza yang berbara.

 

 

Mike Pizza
N

Sejarah pengawetan pangan di Pizza Calabrese

Pizza ini bernama Pizza Calabrese. Warnanya kuning muda seperti Quattro Formaggio, namun lebih kaya tekstur dan warna. Di dalam pizza ini terdapat saus tomat dan mozarella. Tekstur dan warna berasal dari salami berbumbu.  Salami adalah daging yang diawetkan menjadi sosis.

Pizza ini berasal dari Calabria, wilayah di selatan Italia. Seperti Quattro Formaggio, Pizza Calabrese adalah sajian tradisional Italia. Dalam perkembangannya pizza ini dikenal dengan nama pepperoni. Menu pizza pepperoni ada di salah satu restoran  pizza terkenal di Indonesia.

Di dalam foto terlihat piring berornamen warna-warni, seperti halnya dekorasi yang ada di ruangan Mike Pizza.

 

N

Michele Salad, seladanya Pak Mike

Kami memesan Michele Salad. Selada ini merupakan paduan selada, tomat segar dan tomat kering, jamur, zaitun hitam, paprika, ikan anchovy, mozzarella, bawang bombay dan keju parmesan.

N

Atraksi Spaghetti Carbonara

Namanya mungkin tidak istimewa, Spaghetti Carbonara Special. Penjelasan di bawahnya juga tidak bermakna apa-apa bagi yang kurang paham dengan keju Italia (seperti saya): spaghetti, creamy eggs sauce, parmesan cheese,  and black pepper, tossed into the cheese wheel. 

Setelah melihat bagaimana spaghetti dibuat, saya sangat tertarik untuk mengabadikan. Rina, salah seorang teman dalam rombongan kami, membuat video. 

Cheese wheel adalah nama keju bundar dengan garis tengah kira-kira 60 cm dan tinggi 40 cm.  Arul meletakkan pasta di tengah keju, lalu mengaduk sebentar agar ada aroma keju. Pasta diletakkan di pan, dan Arul menyalakan api di bagian atas keju yang sudah diberi rhum. Api menyala, pasta dipanaskan, dan keju dikerok sedikit demi sedikit hingga cekung. Setelah cekungan agak dalam, api mati, dan pasta dimasukkan ke dalam cekungan. Keju pun melumat di helaian pasta.

Buon appetito,” kata Arul sambil meletakkan sajian pasta. Kami bergantian menyendok. Hmm … baru kali ini saya merasakan pasta dengan rasa keju yang samar. Pasta yang pernah saya makan didominasi keju dan cepat eneg. Meskipun ini adalah hidangan keempat, saya tidak begah (perut penuh).

N

Pasta linguine marinara, zuppa soup jumbo

Ingat zuppa soup yang pernah jadi trend di acara kawinan? Hidangan ke-5 yang kami  pesan bentuk luarnya seperti zuppa soup, tetapi berukuran jumbo. Diameter sekitar 30 cm, sehingga tampilan hidangan ini mirip kubah.

Saya pun berdiri karena ingin tahu apa isi kubah itu. Arul menyobek bagian sisi dan meletakkan kulit sobekan di piring. “Ini untuk cocol-cocol,” katanya. Lalu dengan nada bicara orang Italia, dia mengucapkan, “Pasta linguine marinara claypot.”

Linguine adalah pasta berbentuk batang-batang panjang, sedangkan marinara adalah kuah tomat yang dimasak dengan bawang putih, bawang bombay dan herba. Itulah isi Pasta Linguine Marinara Claypot. Sekali lagi rasanya: enak dan enak banget.

N

Gelato yang mana?

Kami ber-7 sudah menyantap enam jenis hidangan. Piring-piring sudah habis bersih. Cocol-cocolan kulit pizza membantu kami menyapu sisa-sisa saus di piring.

Cukup? Hmm belum dong. Masih ada dolci (dessert).  Pastinya yang dingin-dingin sebagai penawar siang yang terik. Saya dan teman-teman ke rak es krim. Saat menuju ruang es krim saya terkesan dengan lantai berornamen bunga-bunga yang menambah  kesan vintage pada gedung itu.

Es krim apa? Ada yang memilih cokelat, berry, dan entah apa lagi. Saya memilih bueno bianco yang hmmm mengelus lidah saya yang sudah lelah mengecap berbagai rasa dan tekstur.

Grazie, Michele, yang sudah mengajak mata, lidah dan perut kami berkelana jauh ke pegunungan di Salerno.

 

 

Info

Kami ber-7 menyantap 6 jenis hidangan + es krim.

Oh ya air putih disajikan dingin dan free.

Berapa Rupiah yang kami keluarkan di Mike Pizza siang itu?

  • Pizza Quattro Formaggi = Rp93.000
  • Pizza Calabrese = Rp126.000
  • Michele Salad = Rp 82.000
  • Pasta Carbonara Beef Special = Rp148.000
  • Pasta Linguine Marina Clay Pot = Rp167.000
  • Es Krim – Rp32.000/cup
  • Total (dengan teh dan minuman pesanan per orang) = Rp1.270.000
  • Biaya per orang Rp170.000

 

Alamat:

Jl Kemang Selatan VIII No 51C, Bangka, Jakarta Selatan

Telepon:

08111127121

Website:

Mike Pizza

Baca Juga:

Lupakan Diet di Bakerzin

Narasi Kulineran yang Lain

Gabus Pucung & Sayur Besan

Gabus Pucung & Sayur Besan

Mencicipi gabus pucung dan sayur terubuk, dua makanan tradisional yang sudah langka di Jakarta. Ada di restoran Dapur Betawi di Cinere, Depok.

read more
Lupakan Diet di Bakerzin

Lupakan Diet di Bakerzin

Restoran Bakerzin memberikan sajian yang lezat, entah itu selada atau protein, sehingga kita pun lupa akan diet. Sesekali boleh laah.

read more

Tentang Web Narasi

Pengisi Konten: Endah WS

Page Builder: Divi/Elegant Themes

Layout Pack: Writer

Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

N-EWS: Narasi Endah WS

 

N-EWS

Gabus Pucung & Sayur Besan

Gabus Pucung & Sayur Besan

Gabus Pucung &

Sayur Besan

Gabus Pucung & Sayur Besan — Makanan Terlangka di Dunia, begitu bunyi spanduk di bagian depan restoran. Hiperbola? Tidak. “Pucung Gabus”, salah satu makanan yang disebutkan di spanduk, memang langka. Saat ini sudah jarang penjual makanan atau restoran tradisional yang menjual pucung gabus.

N-E

Foto pucung gabus di spanduk yang membuat saya dan suami saya belok ke restoran itu. Tidak disengaja, karena kami baru saja mengedrop anak kami di Villa Cinere Mas, dan saat berbelok kami melihat restoran itu.

Tempatnya nyaman karena ada area parkir yang luas. Namun kami ragu karena restoran itu terlihat sepi. Ya, biasanya kalau mengunjungi tempat makan baru, kami melakukan penilaian awal dari banyak tidaknya pengunjung. Kalau ramai, ada kemungkinan restoran itu menyajikan hidangan yang enak.

Segera saya tanya Kong Gugel tentang restoran itu. Oh ternyata kalau siang tempat itu ramai, bahkan sampai ada yang mengeluhkan tempat parkir. Oh pantaslah, ini kan malam, dan hujan pula.

Demi memajukan kuliner tradisional, kami pun masuk ke restoran itu.

 

Sepasang ondel-ondel menyambut kedatangan kami di pintu.  Gaya Vintage Betawi juga terlihat pada interior restoran.  Ada keranjang-keranjang, kaleng-kaleng dan juga mesin jahit.

Ada dua macam tempat duduk: lesehan dan di kursi. Kami memilih duduk di area berkursi. Karpet dan meja yang sudah agak kusam menunjukkan bahwa tempat itu sudah lama berdiri.

Begitu kami duduk, Pramusaji memberikan kartu menu. Begitu membaca menu, saya langsung ingin pucung gabus. Lalu saya lihat ada menu dengan nama menarik: Sayur Besan. “Ini apa?” tanya saya. Pramusaji menjawab: “Itu sayur kuah dengan kentang dan terubuk, atau rebung muda.” Suami saya setuju ketika saya mengusulkan kedua jenis makanan itu. Untuk nasinya, kami memesan satu porsi saja. “Nanti kalau kurang, kami pesan lagi,” kata saya. Minum yang kami pesan adalah teh hangat.

GPL (Gak Pake Lama), Pramusaji datang membawa makanan. Hmm nyam-nyam. Saya ceritakan satu per satu ya.

Pucung Gabus

Pucung Gabus disajikan dalam bentuk dua potong gabus gemuk (bagian kepala dan ekor dipisah). Hidangan itu merupakan ikan gabus yang dimasak dengan keluwek dan aneka bumbu lengkap (kemiri, cabai merah keriting, bawang putih, bawang merah, kencur, lengkuas, serai, daun salam, kunyit, terasi dan garam).

Saya penyuka pucung gabus karena mirip dengan rawon, masakan Jawa Timur. Rawon dan pucung gabus sama-sama memakai keluwek. Pastinya pucung gabus lebih menyehatkan untuk saya, karena bahan bakunya ikan, bukan daging.

Saat saya menjalani operasi setahun lalu, dokter dan beberapa rekan menyarankan saya makan gabus, untuk mempercepat proses pengeringan luka. Kami titip pada beberapa saudara, namun kata mereka, “Sulit dicari.” Kalau saja saat itu kami sudah tahu ada restoran Dapur Betawi yang menyediakan pucung gabus. …

Dalam kunjungan ke Dapur Betawi itu kami hanya bisa menghabiskan sepotong hidangan pucung gabus (setengah ekor). Yang separuh lagi kami bawa pulang.

Sayur Terubuk

Sayur terubuknya berupa potongan berukuran 2 cm, dimasak dengan kuah santan dan ebi. Menurut suami saya, ebinya kurang terasa.

Saya beberapa kali makan sayur terubuk di saat Lebaran. Seorang adik ipar saya, orang Betawi di daerah Bintaro, mempunyai kebiasaan memasak sayur terubuk. Akan tetapi sudah dua tahun ini dia tidak memasak sayur terubuk. “Sulit mendapatkan rebung muda,” katanya.

Jadi selain pucung gabus, sayur terubuk pun sudah langka. Tidak heran ya kalau restoran itu mengklaim hidangannya sebagai makanan terlangka di dunia.

Oh ya, kami akhirnya memesan setengah piring nasi lagi. Itu karena setengah potong pucung yang kami makan belum habis.

Sambal di restoran ini cocok dengan lidah saya: tidak pedas. Di wadah sambal ada lalap timun dan daun selada yang segar.

Saya suka tehnya, karena meninggalkan aroma sepet-sepet di lidah. Teh ini gratis lho, dan bisa isi ulang.

Kami pulang dengan puas, dan saya ingin segera menulis pengalaman itu untuk blog ini.

 Narasi Kulineran yang Lain

Gabus Pucung & Sayur Besan

Gabus Pucung & Sayur Besan

Mencicipi gabus pucung dan sayur terubuk, dua makanan tradisional yang sudah langka di Jakarta. Ada di restoran Dapur Betawi di Cinere, Depok.

read more
Lupakan Diet di Bakerzin

Lupakan Diet di Bakerzin

Restoran Bakerzin memberikan sajian yang lezat, entah itu selada atau protein, sehingga kita pun lupa akan diet. Sesekali boleh laah.

read more

Berapa Rp?

Tulisan ini merupakan unggahan ulang dari reviu resto di bulan Desember 2019. Jadi harganya kemungkinan besar sudah berbeda. 

Gabus Pucung = Rp59.000

Sayur Besan = Rp20.000

Nasi Putih = Rp5.000

Teh = Rp0

Total = Rp84.000

Alamat: Dapur Betawi, Jalan Merawan Cinere, Depok.

Telepon: 085691262573

WebsiteDapur Betawi

Baca Juga: Mike Pizza

Tentang Web Narasi

Pengisi Konten: Endah WS

Page Builder: Divi/Elegant Themes

Layout Pack: Writer

Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

N-EWS: Narasi Endah WS

 

N-EWS

Sushi Tei dan Lengkingan Irasshaimase

Sushi Tei dan Lengkingan Irasshaimase

N-E

“Irasshaimase!”

“Irasshaimase!” teriak pelayan dengan lengkingan ketika saya dan suami saya masuk ke Sushi Tei Margo City, Depok. Kemudian pelayan itu berbicara dengan cepat yang membuat saya bertanya lagi apa yang dikatakannya. Oh dia bertanya apakah kami memilih duduk di bar menghadap rel makanan, atau di sofa. Ya tentu saya pilih sofa. Senangnya makan di Sushi Tei itu karena tempat duduk yang ergonomis dan cukup luas.

Kami disodori menu, dan dengan cepat memilih selada dan sushi. Minumnya teh hitam dan ocha. “Tunggu 15 menit ya,” kata pelayan. Ternyata tidak sampai 15 menit hidangan datang satu demi satu.

Apa Saja yang Kami Pesan?

E

Ocha

Pesanan pertama yang datang adalah teh hitam dan ocha. Saya memesan ocha karena harganya lebih murah, sepertiga harga teh hitam. Ternyata tidak hanya harga yang menguntungkan, rasanya nyaman di perut, dan meninggalkan sensasi tertentu di mulut. Ocha ini dapat diisi ulang. Saya mengisi ocha sampai tiga kali. Ketika mencicipi ocha saya, suami saya pun ikut mengisi ulang gelasnya dengan ocha.

Sushi Tei
E

Crunchy Lobster Roll

Sajian kedua yang kami pesan adalah Crunchy Lobster Roll. Di buku menu tertulis penjelasan tentang hidangan itu:  crunchy sushi roll with lobster.  Nama crunchy diambil dari kriuk biskuit yang membuat menu ini punya tekstur beragam. Apalagi ada tekstur lembut dari lobster dan pekat dari sushi. Hmm nikmat!

Sushi Tei
E

Konyyaku Salad

Satu lagi menu pilihan kami: Konnyaku Salad. Konnyaku mirip agar-agar putih yang diiris pipih. Ini pilihan yang tepat untuk padanan sushi yang padat dan kaya tekstur. Walaupun tampilannya jemek-jemek tidak cantik, konnyaku adalah makanan Jepang yang sehat karena kandungan karbohidrat rendah.

Sushi Tei

Kami hanya memesan dua jenis makanan, tetapi terasa terlalu banyak untuk berdua. Selada tidak habis, dan kami minta bungkus untuk dibawa pulang.

Saat akan meninggalkan restoran, suami saya ke toilet dan saya menunggu di pintu masuk. Kesempatan itu saya pakai untuk bertanya kepada pramusaji di pintu masuk apa yang dia katakan tadi. Dia tersenyum manis dan berkata, “Irasshaimase. Artinya selamat datang.”

Kali ini tanpa lengkingan.

Alamat

Sushi Tei Depok

Margo City Mall, Lt 1, Depok

Website: Sushi Tei

Narasi Kulineran yang Lain

Tentang Web Narasi

Pengisi Konten: Endah WS

Page Builder: Divi/Elegant Themes

Layout Pack: Writer

Font: Cutive Mono (Heading)/Ubuntu (Body Text)

N-EWS: Narasi Endah WS

 

N-EWS

Lupakan Diet di Bakerzin

Lupakan Diet di Bakerzin

Lupakan Diet di Bakerzin

ml

Siang itu saya dan geng teman kuliah janjian bertemu di Bakerzin Plaza Senayan, Jakarta. Betsy, salah seorang anggota geng, yang mengusulkan pergi ke sana. Saat mendengar itu, air liur saya langsung menetes. Bagi saya makan di PS ya Bakerzin.

Kenapa saya suka Bakerzin? Dua tahun lalu, ketika saya dioperasi dan malas makan, seorang teman datang membawa selada Bakerzin. Saya makan sampai habis. Selada paling enak yang saya rasakan. 

Siang itu, saat datang ke Bakerzin, di pikiran saya pun makan selada. Namun yang terasa adalah rasa lapar yang kuat ketika saya masuk Plaza Senayan. Nah, begitu saya tiba di Bakerzin, tiga teman –Nining, Vity dan Betsy– yang datang duluan sedang dipotret oleh waitress. Saya ingin berlari supaya ikut berfoto, tetapi terlalu lemah untuk melakukannya. 🙂

Meja yang ditempati cukup untuk berenam. Empat kursi berjok, dua kursi yang terletak di ujung meja tanpa jok. Saya memilih yang berjok, dan saya bilang bahwa ujung meja untuk Agung, satu-satunya lelaki di grup makan siang itu. Saya selalu berprinsip bahwa kursi di ujung adalah untuk kepala kelompok.

Begitu saya menggeret kursi, saya ditanya, “Endah pakai nasi?” Saya langsung menjawab, “Ya.” Perut saya yang menjawab 🙂

Saya melihat teman-teman sudah memesan masakan. Ada menu khusus jelang Natal, Chicken Red Rooster. Sajian ayam itu disertai saus merah dan oranye untuk celupan. Saya tidak menyantap ayam dengan saus karena belum yakin dengan rasa saus itu. Sebagai penyuka kentang saya suka dengan potongan kentang kecil di menu. Ayam itu disajikan dalam potongan lima iris. Pas untuk kami.

Kentang kesayangan

Saat duduk yang saya lirik adalah sajian kentang, yang disebut dengan Criss Cross Fries. Kentang itu dipotong mirip wafel dan disajikan dengan saus dan potongan smoked beef. Sst … saya dan Nining menghabiskan kentang itu sampai “titik darah penghabisan”, sambil mendengarkan Betsy bercerita. Saat kentang habis, smoked beef saya sodorkan ke dekat Nining karena saya tidak mengonsumsi pangan olahan.

Menghabiskan sisa saus di piring

Di meja juga ada tortilla berbentuk segi tiga. Di buku menu disebutkan namanya adalah The Spanish Chick. Hidangan ini merupakan sajian Hispanik berupa quesadillatortilla yang dipanggang dengan keju leleh, dan diisi dengan ayam. Sausnya ada tomato salsa (sepertinya potongan tomat dengan bawang bombay, lime, dan bell pepper). Sebagai penyuka alpukat dan raw food saya suka saus zesty guacamole (sepertinya dari lumatan alpukat, tomat dan bumbu). Saus yang lain adalah sour cream. Walaupun saya tidak suka makanan asam, rasa saus ini masih bisa diterima lidah. Saya suka saus-saus ini dan merasa sayang saat pelayan mengambil piring saji dengan celoletan sisa saus di piring.

Nasi? Teuteup dong.

Seperti niat semula, saya menyantap nasi. Nasi Bakerzin diberi taburan bawang goreng di atasnya. Yummy pasti. Jadi semua lauk di atas saya makan dengan nasi. Heheh dasar orang Indonesia.

Saya tidak suka manis, tapi ...

Teman-teman memesan dessert Triple T, pisang karamel dengan sirup mapel. Saya terlalu kenyang untuk menyantap lagi. Lagi pula saya kurang suka dengan makanan manis. Jadi saya hanya menyendok sedikit untuk “solidaritas”, karena sepiring Triple T itu dimakan bersama-sama:)

Berapa Kalori?

Kalau makan di Bakerzin, ada yang “mengganggu” saat membaca buku menu, yaitu info kalori. Yah … tutup mata sajalah ketika memesan, supaya bisa makan dengan nyaman. Berapa kalori yang saya santap hari itu di Bakerzin?

Criss Cross Fries

  • (per porsi 591.25 kal, dibagi 5)
    • = 118,25 kal

The Spanish Chick

  • (per porsi 1191,35 kal, dibagi 5)
    • = 238.27 kal

Hail Caesar

  • (per porsi 518,7 kalori, saya makan berdua Nining)
    • = 259, 35 kalori

Ayam per potong

  • (tidak ada info di menu)
    •  mungkin 200 kal

Nasi

  • (tidak ada info di menu)
    •  mungkin 200 kal

Total 800,87 kalori

Tulisan ini ditulis ulang dari unggahan 18 Desember 2019.

Bakerzin Plaza Senayan

Plaza Senayan Lantai 2, Jl Asia Afrika, Jakarta Selatan

Website: Bakerzin

 

Baca juga petualangan resto saya yang lain:

Mike Pizza

 

× Hubungi saya